Rupiah Menguat ke Level 14.700 per Dolar AS karena BI Tahan Suku Bunga

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Ilustrasi. Rupiah sore ini menguat bersama mata uang Asia lainnya.
19/5/2020, 17.04 WIB

Nilai tukar rupiah pada perdagangan pasar spot sore ini, Selasa (19/5) menguat 0,54% ke level Rp 14.770 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah kian perkasa usai keputusan Bank Indonesia dalam mempertahankan bunga demi menjaga rupiah sangat tepat.

Bersamaan dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia pun menguat. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong naik 0,01%, dolar SIngapura 0,11%, dolar Tawian 0,12%, won Korea Selatan 0,58%, peso Filipina 0,35%, rupee India 0,36%, yuan Tiongkok 0,03%, ringgit Malaysia 0,55%, dan baht Thailand 0,34%. Sedangkan hanya yen Jepang yang melemah 0,11%.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar rate yang dipublikasikan BI pada pukul 10.00 WIB turut menempatkan mata uang Garuda menguat 62 poin ke level Rp 14.823 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai keputusan BI sudah tepat dengan mempertahankan bunga acuan di level 4,5%. "Yang harus diperhatikan saat ini adalah menambah stimulus baru,  seperti yang dilakukan Bank Sentral AS dan Bank Sentral Eropa," ujar Ibrahim kepada Katadata.co.id, Selasa (19/5).

(Baca: BI Tahan Bunga Acuan 4,5% demi Jaga Rupiah di Tengah Gejolak Corona)

Dengan stimulus baru diharapkan  akan ada sinkronisasi antara bank sentral global. Walaupun menahan suku bunga, Ibrahim menjelaskan terdapat empat kebijakan BI yang pro dengan pasar. Pertama, menyediakan likuiditas bagi perbankan dalam restrukturisasi kredit UMKM dan usaha mikro di lembaga  keuangan.

Kedua, mempertimbangkan pemberian jasa giro atas giro wajib minimum bank yang ada di BI. Ketiga, memperkuat operasi moneter dan pendalaman pasar keuangan syariah. Keempat mendorong percepatan implementasi ekonomi dan keuangan digital melalui kolaborasi antar-bank dan fintech melebarkan akses UMKM dan masyarakat.

Di samping itu, Ibrahim mengatakan pemerintah akan kembali melonggarkan kebijakan PSBB terutama di DKI Jakarta yang merupakan barometer ekonomi nasional, mengikuti langkah negara-negara di Eropa dan AS yang sudah mendahului membuka diri.

"Ini akan menambah daya gedor tersendiri bagi masyarakat yang selama ini bekerja dari rumah bisa kembali beraktivitas seperti biasa dan akan mempengaruhi roda perekonomian," kata dia.

Dalam perdagangan besok, dirinya memperkirakan rupiah kembali menguat di rentang Rp 14.750-14.820 per dolar AS.

(Baca: BI Siapkan Dana Rp 563,6 Triliun untuk Perbankan)

BI mencatat, nilai tukar rupiah menguat seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan terjaganya kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Setelah menguat pada April, rupiah pada Mei kembali mengalami apresiasi.

Hingga 18 Mei 2020, rupiah menguat 5,1% secara rerata dan 0,17% secara point to point dibandingkan dengan level akhir April. Namun demikian, mata uang Garuda masih mencatat depresiasi sekitar 6,52% dibandingkan dengan level akhir 2019 akibat depresiasi yang dalam pada Maret 2020.

Penguatan rupiah didorong oleh aliran masuk modal asing dan besarnya pasokan valas dari pelaku domestik. BI memandang rupiah saat ini masih  undervalued dibandingkan fundamentalnya sehingga berpotensi terus menguat dan mendukung pemulihan ekonomi. 

Reporter: Agatha Olivia Victoria