Bank Indonesia masih optimistis perekonomian RI tumbuh positif pada tahun ini meski IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi negatif 0,3%. Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan pihaknya belum akan merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi 2020.
"Kami masih perkirakan di level 0,9% sampai 1,9%," kata Destry dalam Bicara Data Virtual Series "Perlukah 'Helicopter Money' saat krisis Covid-19?" yang diselenggarakan Katadata.co.id pada Kamis (25/6).
IMF juga merevisi ke bawah prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari -3% menjadi -4,9%. Spanyol diprediksi menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terrendah yakni minus 12,8%, sedangkan Mesir mencatatkan pertumbuhan tertinggi meski hanya 2%.
Destry tak menampik perkiraan ekonomi global yang kemungkinan makin memburuk berpotensi memberi tekanan ekonomi kepada Indonesia. Faktor eksternal cukup berpengaruh kepada perekonomian RI, khusunya melalui ekspor.
(Baca: BI Bersedia Berbagi Beban dengan Pemerintah untuk Pulihkan Ekonomi)
Kendati demikian, Indonesia memiliki keunggulan yang tak dimiliki oleh banyak negara, yakni ekonomi domestik yang kuat. Sementara dari sisi sektor keuangan, imbal hasil investasi Indonesia juga masih sangat menarik bagi investor asing.
Menurut Destri, Indonesia biasanya bersaing dengan India terkait imbal hasil investasi. Namun, India saat ini sedang terpuruk bukan hanya akibat pandemi, tetapi juga kondisi geopolitik.. "Jadi Indonesia menjadi salah satu tempat yang menarik untuk mereka masuk," ujarnya.
(Baca: Deputi Gubernur Senior BI Menilai Rupiah Masih Dapat Terus Menguat)
Dibandingkan India, ekonomi Indonesia diyakini dalam kondisi yang labih baik. Program pemulihan ekonomi yang berjalan diharapkan akan membawa perbaikan pada paruh kedua tahun ini. "Meski di kuartal kedua negatif, tapi overall tahun ini positif," kata dia.
Meski begitu, investor asing juga masih akan terus mencermati program penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah serta stabilitas moneter dan nilai tukar rupiah. Mantan Anggota Dewan LPS ini juga menilai Indonesia harus bersiap dengan segala kemungkinan terburuk yang terjadi di dunia.