Pertumbuhan Ekonomi Diramal Minus 6%, Indonesia Masuk Resesi Teknikal

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nz.
Ilustrasi, aktivitas ekonomi di pasar tradisional. Perekonomian Indonesia diramal terkontraksi hingga minus 6% karena melambatnya aktivitas ekonomi imbas pandemi corona.
4/8/2020, 14.06 WIB


Apalagi PSBB yang masih berlangsung hingga kini memperlambat aktivitas perekonomian. Dengan perlambatan aktivitas perekonomian, maka konsumsi dan produksi juga melambat. Kendati demikian, ia setuju dengan kebijakan PSBB mengingat pandemi corona harus dikendalikan.

"Memang ada trade off antara pengendalian wabah dan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Pemerintah sebelumnya kembali memangkas proyeksi perekonomian pada kuartal II 2020 akibat dampak pandemi virus corona. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ekonomi domestik dapat terkontraksi hingga minus 4,3%, lebih buruk dari proyeksi sebelumnya yang minus 3,8%.

Menurut Kepala Negara, prediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua 2020 ini sudah sangat rendah. Sebab jika dibandingkan dari kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun 7,27%.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama masih tercatat sebesar 2,97%, meski jauh di bawah proyeksi awal pemerintah sebesar 4,2%. Jokowi lantas mengatakan tak dapat membayangkan seanjlok apa perekonomian Indonesia jika pemerintah melakukan karantina atau lockdown.

"Kalau kita dulu lockdown gitu mungkin bisa minus 17%," kata Jokowi. saat memberi pengarahan kepada para gubernur se-Indonesia di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/7) sebagaimana dikutip dari laman Setkab.go.id.

Sementara Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi domestik pada kuartal kedua akan terkontraksi hingga minus 4%. Proyeksi ini tak berbeda jauh dengan ramalan pemerintah sebesar minus 4,3%.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria