PSBB Jakarta Dihantui Potensi Deflasi Tiga Bulan Berturut-turut

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/pras.
Ilustrasi. Perkiraan deflasi pada September berasal dari penurunan harga komoditas telur ayam ras hingga emas perhiasan.
12/9/2020, 08.00 WIB

Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia memperkirakan terjadi deflasi 0,01% pada September 2020. Penyumbang deflasi berasal dari penurunan harga komoditas telur ayam ras hingga emas perhiasan.

Perkiraan deflasi  ini seiring dengan perkembangan harga pada pekan kedua bulan ini. Perkiraan deflasi pada September akan membuat Indonesia mengalami penurunan indeks harga konsumen selama tiga bulan berturut-turut. 

Bank sentral memperkirakan indeks harga konsumen secara tahun kalender mencatatkan inflasi sebesar 0,92%. "Sementara secara tahunan sebesar 1,46%," tulis Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (11/9).

Penyumbang utama deflasi berasal dari komoditas telur ayam ras dan bawang merah masing-masing sebesar 0,03%, daging ayam ras 0,02%, serta jeruk, cabai merah, cabai rawit, dan emas perhiasan masing-masing 0,01%. Masih ada komoditas yang menyumbang inflasi, yaitu bawang putih dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01%.

 Peneliti Institute for Development of Economics and Finance Abra Talattov juga memperkirakan kembali terjadi deflasi pada bulan ini. Ini lantaran tak ada momentum khusus yang mendorong konsumsi.

Konsumsi nasional hanya didorong oleh stimulus pemerintah. Selain itu, ada pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar secara total mulai awal pekan depan yang akan menahan konsumsi masyarakat.

"Bisa lebih rendah deflasinya karena orang akan mulai rem lagi kegiatannya," ujar Abra kepada Katadata.co.id, Jumat (11/9).

Abra menilai, pelonggaran PSBB yang berlangsung sejak awal Juni tak mampu mengerek daya beli masyarakat. Padahal, pusat perbelanjaan hingga tempat wisata sudah kembali dibuka.

Badan Pusat Statistik mencatat Indonesia kembali mengalami deflasi pada Agustus 2020 sebesar 0,05% karena daya beli masyarakat yang masih lemah. Pada Juli 2020, Indonesia juga mengalami deflasi sebesar 0,01%.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan tren deflasi terjadi hampir sama di semua negara, karena pandemi corona memukul daya beli masyarakat secara global. Ia berharap ke depan daya beli masyarakat bisa pulih dengan cepat, mengingat pemerintah sudah membuat banyak kebijakan untuk mendorong hal tersebut.

Meski terjadi penurunan daya beli, Suhariyanto menilai suplai pasokan barang pada Agustus 2020 cukup baik. Maka dari itu, harga barang yang termasuk dalam kelompok harga bergejolak banyak turun seperti harga daging ayam ras, bawang merah, tomat, telur ayam ras, dan beberapa buah-buahan. "Tetapi di sisi lain daya beli masih butuh waktu untuk kembali ke posisi normal," kata Suhariyanto beberapa waktu lalu.

Reporter: Agatha Olivia Victoria