30% Negara Muslim Miskin, BI Dorong Wakaf Lintas Negara

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Ilustrasi. Bank Dunia mencapai 59% negara muslim masuk kelompok berpendapatan menengah ke bawah.
Penulis: Agustiyanti
30/10/2020, 17.03 WIB

"Sistem wakaf yang terkelola dengan baik dan didukung teknologi diharapkan menjadi mesin untuk memobilisasi dana untuk mendukung program pengembangan ekonomi pemerintah khususnya menekan angka kemiskinan dan pembangunan manusia," katanya.

Pemerintah Indonesia saat ini juga tengah mengembangkan wakaf produktif sebagai salah satu instrumen pembangunan. Salah satunya dengan menuediakan platform cash wakaf linked sukuk atau CWLS yang hasil investasinya dapat dimanfaatkan untuk kegiataan sosial.

"Masyarakat diharapkan mendapatkan kemudahan melakukan wakaf dan bisa memberikan mencaat luas melalu instrumen keuangan negara yang dapat dipercaya," kata Sri Mulyani, pekan lalu.

Pemerintah pertama kali menerbitkan wakaf yang ditempatkan di sukuk negara pada 10 Maret 2020 melalui private placement. Melalui metode tersebut, peminat langsung menyetorkan dana yang dikumpulkan Badan Wakaf Indonesia.

Sri Mulyani menjelaskan, hasil investasi CWLS akan disalurkan untuk kegiatan sosial dan produktif, di antaranya renovasi rumah dan pembelian alat kesehatan, pembelian ambulans, termasuk pembangunan pusat retina dan Glaukoma RS Mata Achmad Wardi Serang, Banten.

Sebagai kelanjutan dari CWLS, pemerintah pada 9 Oktober 2020 kembali membuka instrumen baru, yakni Wakaf Green Sukuk Ritel Seri SWR-001.Instrumen ini dapat dibeli masyaraka dalam bentuk wakaf tetapi melalui instrumen keuangan dengan empat distributor yakni Bank Muamalat, Bank Mandiri Syariah, BRI Syariah, dan BNI Syariah.

"Ini adalah salah satu bentuk investasi tapi sekaligus amal jariah," katanya.

Halaman:
Reporter: Stevanny Limuria