Airlangga Lihat Potensi Ekonomi RI Kuartal IV Tumbuh Positif

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/POOL/wsj.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan ekonomi pada kuartal IV tumbuh 0,6% hingga minus 2%.
14/12/2020, 18.25 WIB

Pemerintah memperkirakan ekonomi masih berpotensi terkontraksi hingga 2% pada kuartal IV 2020, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yakni tumbuh 0%. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi ekonomi kuartal keempat akan tumbuh 0,6% hingga minus 2%.

"Dengan menjaga momentum perbaikan pertumbuhan, ekonomi bisa mencapai angka tersebut," kata Airlangga dalam Diskusi Virtual bertajuk Resilience In Pandemic, Senin (14/12).

Momentum perbaikan ekonom sebenarnya sudah mulai terlihat pada kuartal III 2020. Saat itu, ekonomi terkontraksi 3,49%, membaik dari pertumbuhan negatif 5,32% pada kuartal kedua.

Potensi perbaikan ekonomi terlihat dari peningkatan permintaan domestik dan keyakinan konsumen. Konsumsi rumah tangga, menurut dia, mulai meningkat dengan tingkat inflasi kembali terjaga. Inflasi pada bulan Oktober dan November 2020 tercatat masing-masing 0,07% dan 0,28% secara bulanan. Angka tersebut sedikit membaik dari deflasi tiga bulan berturut sebelumnya.

Airlangga menyebutkan bahwa beberapa sektor juga terlihat memberikan kemajuan. Beberapa sektor seperti pertanian, perkebunan, pendidikan, informasi dan komunikasi, kesehatan, dan kegiatan sosial bahkan sudah tumbuh positif pada kuartal III 2020. "Industri pengolahan konstruksi dan perdagangan yang juga merupakan kontributor terbesar terhadap PDB juga mengalami positif," ujar dia.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance Rizal Taufikurahman mengatakan kemungkinan ekonomi yang masih terkontraksi pada kuartal keempat menunjukan kinerja dan struktur ekonomi masih buruk. "Termasuk kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional dan implementasi program reguler Kementerian/Lembaga yang belum menyentuh permasalahan pokok ekonomi selama ini," kata Rizal kepada Katadata.co.id, Senin (14/12).

Kementerian Keuangan mencatat realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam menangani Covid-19 hingga 2 Desember 2020 baru mencapai Rp 440 triliun atau 63,3% dari pagu Rp 695,2 triliun. Dengan demikian, nasih tersisa anggaran Rp 255 triliun yang harus diserap pada bulan ini.

Selain anggaran PEN yang serapannya sangat rendah, Rizal menuturkan bahwa kebijakan itu belum tepat sasaran lantaran basis data yang belum menangkap masyarakat terdampak Covid-19. Pelaku UMKM juga belum terdongkrang produktivitasnya dengan porgram andalan pemerintah tersebut.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimistis perekonomian RI akan positif pada kuartal keempat tahun  ini. "Sehingga kemudian tumbuh 4,8% – 5,8% pada 2021," kata Perry dalam pertemuan tahunan BI melalui video streaming, Kamis (3/12).

Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan negatif 0,6% hingga 1,7%. Ini karena ada kemungkinan pertumbuhan negatif masih akan berlangsung pada kuartal IV 2020. "Namun akan kami usahakan bisa mendekati positif atau 0%," ujar Sri Mulyani dalam konferensi virtual, Selasa (22/9).

Dia memerinci, konsumsi rumah tangga seluruh tahun kemungkinan berada di antara negatif 1% hingga 2,1%, konsumsi pemerintah masih bisa bertumbuh 0,6% hingga 4,8%, PMTB kontraksi 4,4% hingga 5,6%. Lalu, ekspor minus 5,5% hingga 9%, dan impor terkontraksi 11,7% hingga 17,2%. Sementara untuk tahun depan, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi pada level 5%. Target tersebut menggambarkan harapan sekaligus ketidakpastian terhadap kondisi perekonomian di tengah pandemi Covid-19. 

Reporter: Agatha Olivia Victoria