Pertumbuhan Ekonomi 7%, Sri Mulyani: Strategi Pemulihan Sudah Benar

Antara/Hafidz Mubarak
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, kebijakan fiskal pemerintah dalam bentuk penyaluran bantuan sosial mampu mendongkrak daya beli masyarakat.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
5/8/2021, 19.31 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengklaim kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah sepanjang tahun ini sudah membuahkan hasil. Ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 yang melesat 7,07% secara tahunan atau year on year, tertinggi sejak kuartal IV 2004.

"Cerita pertumbuhan PDB kurtal kedua menggambarkan arah pemulihan ekonomi sudah benar, strategi pemulihan ekonomi juga sudah benar dan sudah mulai menghasilkan dampak atau hasilnya," kata Sri Mulyani dalam konferensi virtual sore ini, (5/8).

Pertumbuhan ekonomi 7,07% pada kuartal kedua ini berhasil mengeluarkan Indonesia dari jurang resesi ekonomi. Kontraksi ekonomi pertama terjadi pada kuartal II tahun lalu yang mencapai 5,32% akibat penerapan pembatasan sosial skala besar (PSBB) dan berlanjut hingga kuartal I 2021. Namun, trennya terus membaik seperti terlihat dalam grafik.

 
 

Sri Mulyani menilai, kebijakan fiskal pemerintah dalam bentuk penyaluran bantuan sosial mampu mendongkrak daya beli masyarakat.  Maka, menurut dia, tak heran jika konsumsi rumah tangga pada April hinga Juni berhasil tumbuh 5,9%.

Bantuan sosial yang diberikan kepada kelompok rentan, menurut dia, bukan hanya berhasil memulihkan daya beli tetapi menahan lonjakan kemiskinan dan pengangguran. Ia mengatakan, penyaluran bantuan sosial pada tahun lalu berhasil mencegah 18 juta orang jatuh miskin. 

Pertumbuhan PDB pada kuartal II juga mengindikasikan adanya pemulihan pada semua komponen pengeluaran. Selain konsumsi rumah tangga, komponen investasi juga tumbuh 7,5%, konsumsi pemerintah 8,1%, serta ekspor impor yang masing-masing tumbuh 31,8% dan 31,2%.

Hal ini , menurut dia, berbeda dibandingkan empat kuartal sebelumnya, yang mana pertumbuhan ekonomi hanya mampu mengandalkan konsumsi pemerintah. Komponen ini jadi satu-satunya yang masih bisa tumbuh positif sejak kuartal ketiga tahun lalu. Sementara empat komponen lainnya yaitu konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor dan impor terkontraksi sejak kuartal dua hingga awal tahun ini.

"Kami lihat pada tahun lalu,  mesin pertumbuhan seperti konsumsi rumah tangga, investasi serta ekspor impor mengalami penurunan dan tumbuh negatif. Saat itu konsumsi pemerintah satu-satunya faktor yang mencoba menarik perekonomian sendirian," ujarnya.

Namun di tengah laju pemulihan kuartal II, Sri Mulyani juga memperingatkan pereknomian pada sisa dua kuartal mendatang akan kembali melambat. Pembatasan mobilitas yang sudah berlangsung sejak awal Juli diramal akan membuat konsumsi rumah tangga dan sektor penyokong perekonomian lainnya seperti manufaktur kembali lesuh.

Ia memperkirakan perekonomian kuartal III hanya akan tumbuh di kisaran 4% hingga 5,7%. Sementara kuartal IV diperkirakan bisa naik tipis di kisaran 4,6% hingga 5,9%. Lalu, pertumbuhan PDB 2021 diperkirakan sebesar 3,7% hingga 4,5%.

Reporter: Abdul Azis Said