Rupiah Berpotensi Paling Perkasa di Asia hingga Akhir Tahun Ini

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 0,11% di posisi Rp 14.207 per dolar AS.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
11/10/2021, 16.59 WIB

Rupiah berpotensi menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia di sisa tiga bulan terakhir tahun ini. Prospek ini seiring dengan tren kasus Covid-19 yang terkendali dan surplus neraca perdagangan.

Sebagai negara pengekspor batu bara, Indonesia diuntungkan dari krisis energi yang mengguncang banyak negara importar komoditas. Badan Pusat Statistik akan mengumumkan kinerja ekspor Impor September pada Jumat (15/10). Bloomberg memperkirakan tren surplus pada Agustus yang mencapai US$ 4,74 miliar akan kembali berlanjut. 

Indonesia sudah mencatatkan surplus perdagangan selama 16 bulan berturut-turut, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.

Kurs rupiah naik 1,3% pada kuartal ketiga, bahkan ketika mata uang negara-negara Asia lainnya melemah seiring kenaikan  imbal hasil Treasury. Dengan rekor cadangan devisa, Bank Indonesia memiliki banyak amunisi untuk mendukung mata uang jika imbal hasil AS meningkat lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.

“Kami terus bersandar secara positif pada rupiah dan mengharapkannya untuk tetap menjadi salah satu yang berkinerja terbaik di seluruh negara emerging market Asia,” kata Divya Devesh, kepala penelitian FX ASEAN dan Asia Selatan di Standard Chartered Bank di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (11/10). 

Ia mengatakan, Indonesia berada dalam posisi yang jauh lebih baik dibandingkan periode taper tantrum 2013. Neraca transaksi berjalan pada tahun ini diperkirakan surplus US$ 13 miliar, berbanding terbalik delapan tahun lalu yang mencatatkan defisit US$ 12 miliar. 

Meski demikian, ada potensi rupiah tak menjadi yang terbaik di Asia. Ketidakmampuan rupiah menembus level resistensi Rp 12.000 per dolar AS data membatasi penguatan rupiah meski terdapat momentum bullish di sisa akhri tahun ini. 

Kenaikan imbal hasil treasury AS yang terus meningkat dan telah naik hampir 20 basis poin sejak akhir September juga akan mengurangi daya tarik carry trade rupiah. Investor asing melakukan aksi jual bersih di pasar SBN selama 13 hari berturut-turut hingga 5 Oktober.

Namun, banyak dari rival regional rupiah menghadapi tantangan yang lebih besar.

Baht telah terseret oleh ekonomi Thailand yang melambat dan defisit transaksi berjalan yang meningkat. Sementara bank sentral Filipina telah mengisyaratkan bahwa peso dapat melemah lebih banyak pada kuartal ini. 

Penguatan dolar Singapura mungkin terbatas jika Otoritas Moneter Singapura membiarkan parameter kebijakannya tidak berubah pada tinjauan kebijakan moneter mendatang, seperti yang diperkirakan secara luas.

Ringgit Malaysia menjadi satu-satunya yang dapat menyaingi rupiah sebagai mata uang dengan performa terbaik di Asia.  Pelonggaran pembatasan yang mungkin dilakukan pemerintah Malaysia seiring vaksinasi yang tinggi dan melonjaknya harga minyak mendorong pertumbuhan Malaysia.

Namun, penguatan pada ringgit tak akan menahan penguatan rupiah. Adapun kurs rupiah hari ini ditutup menguat 0,11% di posisi Rp 14.207 per dolar AS.