Sentimen Negatif Omicron Mereda, Rupiah Dibuka Menguat ke 14.224

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (5/11/2021).
23/12/2021, 09.53 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,46 % ke level Rp 14.224 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Kurs garuda masih bisa menguat karena meredanya kekhawatiran pasar terhadap kasus Covid-19 varian Omicron meski penyebarannya meluas.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah dari posisi pembukaan ke Rp 14.241 pada pukul 09.25 WIB. Tetapi angka ini belum mencapai posisi penutupan kemarin di Rp 14.290 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya mayoritas juga menguat. Dolar Taiwan menguat 0,1% bersama won Korea Selatan 0,33%, peso Filipina 0,11%, rupee India 0,07%, ringgit Malaysia 0,14%, baht Thailand 0,19%, dan dolar Singapura 0,04%. Sedangkan yuan Cina dan dolar Hong Kong melemah 0,01% bersama yen Jepang 0,04%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperirakan rupiah akan menguat hari ini di kisaran Rp 14.230 per dolar AS, dengan potensi pelemahan di area Rp 14.300. Ia melihat sentimen pasar terhadap penyebaran Omicron semakin membaik.

"Meskipun masih ada ketakutan terhadap penularan yang cepat, sebagian (pelaku) pasar menilai Omicron tidak lebih berbahaya dari Delta dan tidak mengganggu aktivitas ekonomi," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (23/12).

Meski demikian, kondisi pandemi menuju akhir tahun tampaknya kembali memburuk. Inggris dalam laporan Rabu (22/12) mencatat penambahan 106.122 kasus positif baru, tertinggi sepanjang pandemi. Amerika juga melaporkan lonjakan kasus sebanyak 227.60s kasus baru, bahkan lebih tinggi dibandingkan rekor tertinggi saat lonjakan Delta Juli-Agustus lalu.

Lonjakan di beberapa negara ini seiring penyebaran varian Omicron yang meluas terutama di Eropa. Belanda kembali memberlakukan lockdown, disusul sejumlah negara Eropa lainnya seperti Perancis, Austria, Denmark hingga Irlandia yang memperketat sejumlah aktivitas.

Meski terapresiasi oleh membaiknya sentimen Omicron, Ariston juga memperingatkan tekanan terhadap rupiah berpotensi meningkat menjelang aksi musiman profit taking di pasar saham. "Potensi aksi taking profit menjelang akhir tahun bisa menekan pergerakan harga aset berisiko termasuk rupiah," kata Ariston.

Taking profit merupakan aksi jual aset oleh investor dengan tujuan mengambil untung karena adanya kenaikan tinggi pada harga asetnya yang didorong sentimen tertentu. Aksi profit taking secara ramai-ramai bisa mendorong penurunan harga aset secara signifikan.

Sementara itu, analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto meramal rupiah cenderung stabil sekalipun masih dibayangi risiko penyebaran Omicron. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 14.250-Rp 14.315 per dolar AS.

Berbeda dari Ariston, menurut Rully Omicron masih menjadi sentimen negatif tterutama karena lonjakan laporan kasus positif di sejumlah negara, terutama di Amerika Serika dan Inggris. Karena itu, menurutnya ketidakpastian masih cukup tinggi dan investor masih terus mengamati perkembangan penyebaran varian baru ini.

Di sisi lain, kabar positif datang dari dalam negeri. "Prospek ekonomi dalam negeri yang lebih baik mendorong penguatan Rupiah, dan hari ini kemungkinan rupiah masih akan tetap stabil," kata Rully kepada Katadata.co.id

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir ini bisa di atas 5%. Hal ini didukung akselerasi pemulihan baik dari sisi konsumsi maupun investasi yang semakin kuat di tiga bulan terakhir setelah pada kuartal ketiga lalu sempat melambat karena penyebaran varian Delta.

Bank Indonesia sebelumnya juga optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan kuartal ketiga yakni di atas 4,5%. Ekonomi akan didukung oleh konsumsi rumah tangga dan belanja oleh pemerintah.

Reporter: Abdul Azis Said