BREAKING NEWS: Pertumbuhan Ekonomi 2021 3,69%, di Bawah Ramalan Menkeu

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Ilustrasi. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2021 lebih tinggi dibandingkan kuartal III 2021.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
7/2/2022, 11.19 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi 2021 mencapai 3,69%, lebih baik dibandingkan tahun 2020 yang mengalami kontraksi 2,07%. Namun, angka ini berada di bawah proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar 4%.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, produk domestik bruto pada k uartal keempat tahun lalu yang  dihitung atas harga dasar berlaku mencapai Rp 4.498 triliun, sedangkan jika dihitung harga dasar konstan Rp 2.845,9 triliun. Dengan demikian, menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tumbuh 1,06% dibandingkan kuartal sebelumnya atau 5,02% dibandingkan kuartal IV 2021. 

" Secara kumulatif, ekonomi Indonesia selama 2021 tumbuh  3,96%" ujar Margo dalam Konferensi Pers, Senin (7/2).

Margo menjelaskan, kinerja perekonomian Indonesia ditopang perekonomian global pada kuartal IV menunjukkan perbaikan. Hal ini ditandai dengan purchasing managers index (PMI) global pada Oktober hingga Desember 2021 berada di atas level 50. Hal ini menunjukkan perekonomian global mengalami peningkatan.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan positif  pada kuartal IV 2021. Ekonomi Tiongkok tumbuh 4%, Amerika Serikat tumbuh 5,5%, Korea Selatan 4,1%, Singapura 5,9%, Vietnam 5,2%, Hong Kong 4,8%, dan Uni Eropa 4,8%. 

Ia menjelaskan, kontribusi ekspor tujuan Tiongkok mencapai 25,8% dari total ekspor, sementara Amerika Serikat berkontribusi 11,8% dan Singapura 3,4%. "Perekonomian global secara keseluruhan menunjukkan kenaikan dan negara-negara mitra dagang kita mengalami peningkatan," kata Margo. 

Perekonomian Indonesia tahun lalu juga ditopang oleh harga komoditas yang melambung. Harga minyak kelapa Sawit atau CPO pada akhir 2021 naik 42,41% secara tahunan atau 15,8% secara kuartalan, batu bara ara naik 168,01% secara tahunan dan 8,75% secara kuartal, sedangkan nikel 23,9% secara tahunan dan 3,4% secara kuartalan. 

"Kenaikan harga komoditas ini mendorong ekspor dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi," kata dia. 

Ekspansi ekonomi pada kuartal keempat juga ditunjukkan oleh mobilitas masyarakat yang meningkat seiring kasus harian Covid-19 yang menurun. Perbaikan mobilitas, menurut dia, berpengaruh pada aktivitas ekonomi domestik, terutama sektor transportasi domestik dan internasional.

Mobilitas masyarakat yang membaik, menurut dia, juga mendorong perbaikan penjualan eceran pada kuartal keempat yang tumbuh 5,8% secara kuartalan atau 8,7% secara tahunan. Aktivitas penjualan mobil juga tumbuh melesat 10,93% secara kuartalan atau 62,31% secara tahunan. "Aktivitas manufaktur menunjukkan bahwa selama kuartal IV berada di level 50,17% atau mengalami ekspansi," katanya. 

Selain didukung ekspor dan konsumsi masyarakat, menurut Margo, realisasi belanja pemerintah juga meningkat pada kuartal keempat.  Belanja pegawai turun 0,9% secara kuartalan tetapi naik 2,7% secara tahunan, belanja barang dan jasa secara kuartal naik 72,8% atau 25,1% secara tahunan, sedangkan belanja modal naik 133,7% secara kuartalan atau 10,6% secara tahunan. Adapun belanja bantuan sosial naik 43,5% secara kuartalan atau 23,5% secara tahunan. 

"Untuk program PEN, secara kuartalan meningkat tinggi 55,2% tetapi secara tahunan menurun 10,1%," kata dia. 

Investasi asing dan domestik pada kuartal IV, menurut Margo juga mendukung pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat. Penanaman Modal Asing (PMA) naik 18,5% secara kuartalan atau 10,1% secara tahunan, sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) naik 5,1% secara kuartalan atau 15,2% secara tahunan. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengatakan momentum pemulihan ekonomi Indonesia sudah menunjukkan kondisi yang sangat bagus pada akhir tahun lalu setelah mengalami lonjakan kasus Delta. Ia pun optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat tahun lalu mencapai 5%. "Kami berharap secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 4%," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan DPR pada pertengahan Januari. 

Pertumbuhan ekonomi tahun lalu, menurut dia, ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang mulai tumbuh kuat. Belanja pemerintah juga tumbuh kuat, sedangkan investasi mulai pulih.  "Pertumbuhan kredit mulai meningkat. Belanja pemerintah pusat dan daerah pada kuartal keempat juga sangat kuat. Ini memberikan dampak kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal IV sehingga keseluruhan tahun akan cukup baik," kata dia. 

Para ekonom dan lembaga internasional memperkirakan pemulihan ekonomi Indonesia pada kuartal IV cukup kuat, tetapi memperkirakan ekonomi sepanjang tahun lalu tumbuh di bawah 4%. Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik di kuartal terakhir 2021 bisa mencapai  5,1%, tetapi memperkirakan keseluruhan tahun tumbuh 3,7%.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2021 hanya di kisaran 3,46%. "Meskipun terbantu low base effect atau efek basis yang rendah dibanding 2020, tapi untuk tumbuh full year diatas 4% seperti nya masih over-optimis," kata dia kepada Katadata.co.id

Sementara itu, kajian Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan pertumbuhan ada di rentang 3,2%-4%. Bank sentral melihat pemulihan ekonomi semakin terakselerasi sampai akhir tahun ditunjukkan sejumlah indikator, antara lain mobilitas masyarakat, penjualan eceran, dan keyakinan konsumen. 

Perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu juga lebih pesimistis. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 sebesar 3,3%. Sementara proyeksi Bank Dunia menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu sebesar 3,7% dan semakin kuat pada tahun ini menjadi 5,2%. 

"Perekonomian pulih dengan kecepatan tinggi. Lonjakan varian Delta memperlambat pemulihan ekonomi pada pertengahan 2021, tetapi pertumbuhan meningkat pada kuartal keempat dan diperkirakan menguat selama 2022-2023," kata tim IMF Cheng Hoon Lim, Senin (25/1).