Nilai transaksi menggunakan local currency settlement (LCS) atau penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal terus meningkat seiring bertambahnya jumlah negara mitra. Bank Indonesia melaporkan nilai transaksi LCS Indonesia sepanjang tahun lalu melesat 217% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi US$ 2,53 miliar atau Rp 36,18 triliun (kurs Rp 14.300/US$).
BI mencatat mayoritas penggunaan LCS untuk transaksi interbank yang mencakup 50% dari total transaksi tahun lalu. Penggunaan LCS untuk perdagangan mencakup 35% dari total transaksi, disusul penggunaan untuk remitansi sebesar 14% dan investasi secara langsung sebesar 1%.
"LCS ini akan terus kita lakukan dan tingkatkan di Indonesia Indonesia, pada tahun 2021 kita mencapai US$ 2,53 miliar 2021 dan tahun ini kami menargetkan peningkatan 10%," kata Perry dalam webinar side event finance track G20 secara daring, Rabu (16/2).
Saat ini, Indonesia memiliki kerja sama LCS dengan empat negara yang juga mitra dagang utama RI, yakni Malaysia, Thailand, Jepang dan Cina. Peningkatan nilai transaksi LCS tahun lalu tampaknya tidak lepas dari adanya kerja sama dengan Cina yang dimulai pada September 2021.
Kerangka kerja sama LCS dengan Cina meliputi penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung atau direct quotation dan relaksasi regulasi tertentu dalam transaksi valuta asing (valas) antara mata uang kedua negara. Kerja sama dengan Cina menyusul skema LCS yang lebih dulu digelar antara Indonesia dengan Jepang sejak September 2020 dan dengan Thailand dan Malaysia sejak 2018. Selanjutnya, BI berencana terus memperluas implementasi LCS ini dengan negara-negara lainnya.
"Pastinya kami mencari mitra-mitra lain di kawasan ini untuk meningkatkan dan memperkuat kerja sama dengan LCS, ini sangat penting dan juga kebijakan ini untuk mendukung stabilitas mata uang kita dan juga mendukung pendalaman pasra uang," kata Perry.
Dalam keterangannya beberapa bulan lalu, Perry mengatakan pihaknya kini tengah menjajaki kerja sama LCS dengan beberapa negara tetangga termasuk Singapura dan Filipina.
Nilai transaksi LCS Indonesia terus naik setiap tahun. Pada tahun pertama 2018, transaksi LCS hanya dilakukan dengan dua mitra kerja sama yakni Malaysia dan Thailand, transaksi LCS Indonesia mencapai US$ 350 juta. Nilainya kemudian naik dua kali lipat menjadi US$ 760 juta pada tahun 2019. Pada tahun 2020, nilai transaksi naik tipis menjadi US$ 797 miliar, kemudian melonjak sepanjang tahun lalu menjadi US$ 2,53 miliar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, adanya kerja sama LCS antara Indonesia dengan empat mitra dagang utama tersebut akan memberi dampak positif terhadap perekonomian domestik, terutama dari sisi volatilitas nilai tukar. Apalagi Indonesia merupakan negara ekonomi terbuka, di mana sekitar 90% impornya merupakan untuk bahan baku dan barang modal.
"Target dari implementasi LCS ini untuk mengurangi ketergantungan berat pada mata uang khusus terutama dolar AS, ini diperkirakan bisa menciptakan lebih banyak stabilitas untuk perdagangan dan investasi antarnegara termasuk antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN," kata Sri Mulyani saat hadir dalam acara yang sama dengan perry.
Bukan hanya mendukung stabilitas nilai tukar, implementasi LCS juga diklaim akan menguntungkan bagi nasabah karena transaksi perdagangan dengan empat negara tadi bisa diselesaikan tanpa harus mengonversi ke dolar AS.