Kementerian Keuangan melihat pemulihan ekonomi masih kuat di tengah lonjakan kasus Covid-19 akibat penyebaran varian Omicron. Pertumbuhan ekonomi kuartal I diprediksi masih mampu tumbuh di atas 5%, sedangkan ekonomi keseluruhan tahun ditaksir tumbuh 4,8% hingga 5,5%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, masih terus memantau dan mengantisipasi dampak dari eskalasi kasus Omicron masih. Meski demikian, ia memperkirakan dampaknya akan relatif terbatas terhadap perekonomian seiring cakupan vaksinasi dan kemampuan adaptasi masyarakat.
Ia menilai tren pemulihan ekonomi masih akan terus berlanjut, tercermin dari pergerakan positif sejumlah indikator utama perekonomian. Sejumlah indikator konsumsi masih menunjukkan level positif. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di zona optimistis di 119,6 poin pada bulan lalu, penjualan retail juga tumbuh 16% serta Mandiri Spending Index juga di 138,4 point.
"IKK, penjualan retail maupun Mandiri Spending Index, semuanya masih dalam posisi yang cukup robust bertahan di level ekspansif atau tinggi, kalaupun ada koreksi masih sangat minimal," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA Edisi Februari 2022, Selasa (22/2).
Tak hanya di sisi konsumsi, Sri Mulyani juga melihat indikator produksi masih cukup kuat. Ini, antara lain tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia bulan lalu di 53,7% yang berarti masih ekspansif.
Selain itu, menurut dia, impor barang modal dan bahan baku juga cukup tinggi, masing-masing 41,9% dan 39,6%. Konsumsi listrik untuk industri dan bisnis melanjutkan pertumbuhan masing-masing 16,1% dan 10,2% pada bulan lalu.
Ia mengatakan, pemulihan ekonomi sudah kembali ke arah yang tepat sejak kuartal IV tahun lalu, ditunjukkan dengan pertumbuhan yang makin kuat di atas 5% secara tahunan. Meski demikian, pemulihan ekonomi ke depan masih akan menghadapi sejumlah risiko.
"Tantangan ke depan entah dari pandemi atau disrupsi supply, komoditas maupun geopolitik serta kenaikan inflasi dan suku bunga dunia harus menjadi perhatian kami pada tahun 2022," kata dia.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu menyebut pemulihan ekonomi saat ini masih kuat meski terjadi lonjakan kasus. Ia memperkirakan ekonomi kuartal pertama tumbuh di atas 5%.
"Semua indikator menunjukkan perbaikan meskipun terjadi lonjakan Omicron. Kami lihat pertumbuhan ekonomi tahun ini masih akan kuat," ujarnya.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Januari 2022 memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun ini mampu tumbuh lebih tinggi dari prediksi pemerintah yakni mencapai 5,6%. Prediksi ini sebenarnya lebih rendah dibandingkan prediksi sebelumnya sebesar 5,9%.
"Keseimbangan risiko terhadap prospek membaik, tetapi tetap miring ke bawah. Munculnya varian Covid-19 yang lebih agresif dapat memberi tekanan lebih lanjut pada sistem kesehatan dan menyebabkan pembatasan mobilitas baru," kata Asisten Direktur IMF Cheng Hoon Lim dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/1).
IMF juga memperingatkan adanya peningkatan risiko limpahan dari kondisi keuangan global yang makin ketat. Meski demikian, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat pada tahun ini terutama karena masih akan berlanjutnya tren kenaika harga komoditas serta langkah reformasi struktural yang disebut bisa mengurangi tingkat kerusakan ekonomi Indonesia.
Sementara itu, Bank Dunia, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), serta konsensus Bloomberg per Februari 2022 kompak memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 5,2%.