Rombak Postur APBN, Sri Mulyani Bakal Tekan Defisit ke 4,5%

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra./hp.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan penerimaan negara tahun ini tumbuh 11%.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
12/5/2022, 14.39 WIB

Kementerian Keuangan akan menekan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun ini ke level 4,5% dari target saat ini 4,85%. Defisit APBN menjadi salah satu komponen yang akan diubah pemerintah saat merevisi postur APBN bersama DPR dalam dua bulan ke depan. 

Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan Made Arya Wijaya mengatakan, pihaknya kini masih membahas item mana saja yang akan disesuaikan. Namun, target pendapatan negara berpotensi dikerek untuk mengurangi defisit APBN.  

"Defisit diusulkan lebih rendah menuju 4,5%," ujarnya melalui pesan singkat kepada Katadata.co.id, Kamis (12/5).

Made mengatakan, perubahan pada postur APBN tidak akan banyak mengubah pos belanja. Namun, salah satu tambahan belanja kemungkinan akan diberikan untuk pos  subsidi. Hanya saja, ia tidak merincikan berapa perubahan yang dilakukan untuk pagu belanja subsidi tahun ini.

Rencana perubahan postur APBN ini sebelumnya telah disampaikan Sri Mulyani saat muncul dalam sebuah acara di Kompas TV pada Selasa malam (10/5). Ia mengatakan tantangan yang dihadapi saat ini mulai beralih dari sebelumnya fokus pada pandemi Covid-19 kepada dinamika global terutama dampak dari perang. Tantangan tersebut yang akan mempengaruhi perubahan dari sisi respons APBN.

"Dalam dua bulan ke depan kita akan bicara dengan DPR lagi, kita sudah bicara di sidang kabinet mengenai bagaimana postur APBN 2022 ini akan bergerak dan berubah," kata perempuan yang akrab disapa Ani tersebut..

 Pemerintah, kata dia, memang masih menyediakan anggaran untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 455,62 triliun tahun ini. Namun, peruntukan dari anggaran itu akan berubah. Tahun lalu, pos belanja PEN paling besar mengalir untuk kesehatan, terutama untuk mendukung vaksinasi dan terapuetik. 

"Sekarang belanja PEN akan didominasi tetap bansos, tetapi juga dalam bentuk bantalan subsidi untuk mengurangi shock yang begitu dahsyat yang berasal dari luar," ujarnya

Meski perang telah menimbulkan perubahan pada kebutuhan belanja, kenaikan harga sejumlah komoditas memberi berkah dari sisi pendapatan negara. Ia memperkirakan pendapatan negara akan tumbuh 11% pada tahun ini dibandingkan realisasi tahun lalu.  

Dalam APBN 2022, pemerintah menargetkan pendapatan negara mencapai Rp 1.846,1 triliun. Target ini lebih tinggi dibandingkan target APBN 2021 sebesar Rp 1.743,6 triliun, tetapi  lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu berdasarkan data unaudited Rp 2.011,4 triliun.

"Pendapatan kita kemungkinan naik lebih dari 11% karena harga minyak naik, batu bara naik, CPO naik. Jadi, kita akan punya pertumbuhan penerimaan negara yang tinggi," ujarnya.



Reporter: Abdul Azis Said