The Fed Tak Akan Ragu Naikkan Bunga Hingga Inflasi Kembali Melandai

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi. The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada awal bulan ini.
Penulis: Agustiyanti
18/5/2022, 17.13 WIB

Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell bertekad untuk menurunkan inflasi. Ia memastikan akan terus mendukung kenaikan suku bunga acuan hingga harga mulai turun kembali ke tingkat yang lebih sehat. 

“Kami akan terus maju hingga kami merasa kondisi keuangan pada situasi yang aman. Kami melihat inflasi bergerak turun,” ujar Powell Pada Rabu (18/5) sepeti dikutip dari CNBC

Awal bulan ini, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps, kenaikan kedua pada tahun 2022 karena inflasi mencapai level tertinggi dalam 40 tahun.

Powell mengatakan kenaikan suku bunga sebesar 50 bps kemungkinan akan kembali terjadi pada pertemuan berikutnya selama kendisi ekonomi masih berada dalam kendisi saat ini. 

Ia mengulang komitmennya untuk mencapai inflasi pada target 2%. Namun, ia juga  sadar bahwa kondisi ini tidak mudah dan dapat mengorbankan tingkat pengangguran yang saat ini berada di level 3,6%, tepat di atas level terendah sejak akhir 1960-an. 

“Amerika masih akan memiliki pasar tenaga kerja yang kuat jika pengangguran naik hanya pada level-level tertentu,” katanya. 

Ekonomi AS terkontraksi 1,4% pada kuartal pertama 2022, sebagian besar karena kendala sisi pasokan yang sedang berlangsung, penyebaran varian Omicron, dan perang di Ukraina.

Namun, kebijakan moneter yang lebih ketat telah menambah kekhawatiran tentang penurunan yang lebih tajam dan telah memicu aksi jual agresif di Wall Street. Selain kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin, The Fed juga telah menghentikan program pembelian obligasi bulanannya, yang juga dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif, dan akan mulai mengurangi sebagian dari aset senilai $9 triliun yang telah diperolehnya mulai bulan depan.

Powell masih berharap The Fed dapat mencapai tujuan inflasi tanpa membebani ekonomi. Namun, ia menekankan, upaya mereka untuk memulihkan stabilitas harga kemungkinan akan menciptakan luka pada perekonomian meski pasar tenaga kerja diperkirakan tetap akan kuat.