Kasus covid-19 di Indonesia mulai terkendali sehingga mendorong peningkatan mobilitas masyarakat dan perekonomian kembali pulih. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan kondisi Indonesia saat ini merupakan pencapaian yang tak mudah di tengah banyak negara yang masih bergulat dengan Covid-19 dan berjuang memulihkan ekonomi.
"Bahkan ada negara yang tengah menghadapi krisis ekonomi dan keuangan yang kompleks. Maka nikmat mana lagi yang engkau dustakan?," ujar Sri Mulyani dalam Penyampaian Pemerintah terhadap Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN TA 2023 di Rapat Paripurna DPR, Jumat (20/5).
Ia menjelaskan, rendahnya kasus Covid-19 dan akselerasi vaksinasi yang mencapai 61,5% untuk dosis kedua mendorong pemerintah melonggarkan kebijakan mudik Lebaran. Ia mencatat terdapat lebih dari 84 juta orang mudik di hari Raya Idulfitri.
"Mobilitas masyarakat yang masif di tengah pandemi yang belum berakhir sejauh oni masih mampu kami kelola dengan lancar, aman, dan selamat. Hal ini mampu mempertebal tali sosial dan mengerakkan ekonomi Indonesia," katanya.
Sri Mulyani mengatakan, pemulihan ekonomi menunjukkan tren menguat. Ekonomi Indonesia pada tahun lalu tumbuh 3,69%, berbalik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan minus 2,07%. Pemulihan ekonomi pun berlanjut pada tahun ini dengan pertumbuhan mencapai 5,01% pada kuartal I 2022.
"Melonjaknya varian Omicron tidak terlalu berdampak pada proses pemulihan ekonomi nasional, ini hasil nyata dari akselerasi vaksinasi dan kekebalan alami yang tumbuh di masyarakat," kata dia.
Menurut Sri Mulyani, konsumsi dan investasi terus menunjukkan tren peningkatan yang disertai dengan pemulihan yang kuat di hampir semua sektor ekonomi, termasuk transportasi, akomodasi dan konstruksi, selain dua sektor utama yaitu manufaktur dan perdagangan.
Indikator PMI Manufaktur Indonesia pada April 2022 masih terus ekspansif pada level 51,9. Sementara itu, kenaikan harga komoditas global mampu mendorong peningkatan surplus neraca perdagangan Indonesia. Sepanjang kuartal I 2022, neraca perdagangan tercatat surplus US$ 9,3 miliar.
Sri Mulyani menekankan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2021 bahkan berhasil mencetak rekor tertinggi surplus bulanan dalam sejarah mencapa US$ 7,6 miliar. Hal ini diperkirakan membuat beraca transaksi berjalan tahun 2022 akan lebih baik dibandingkan 2021.