Nilai tukar rupiah dibuka menguat 12 poin ke level Rp 14.601 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah menguat menyusul indeks saham global yang menghijau.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan penguatan ke Rp 14.578 pada pukul 09.40 WIB, semakin jauh dari level penutupan kemarin di Rp 14.613 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang menguat 0,23% bersama dolar Singapura dan peso Filipina 0,15%, won Korea Selatan 0,83%, dolar Taiwan 0,14%, ringgit Malaysia 0,22%, baht Thailand 0,18% dan yuan Cina 0,01%. Sementara rupee India melemah 0,07% sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah bisa rebound pada hari ini ke arah Rp 14.600-14.580 per dolar AS. Rupiah perkasa menyusul sentimen positif di pasar saham.
Indeks saham Eropa dan AS menguat pada penutupan perdagangan semalam. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,61% bersama S&P 500 sebesar 1,99% dan Nasdaq Composite 2,68%. Kinerja positif juga disusul sebagian indeks saham Asia pagi ini, Nikkei 225 Jepang menguat 0,75%, Hang Seng Hong Kong 3,05%. Sementara IHSG menguat 1,4% ke level 6,982 hingga pukul 09.30 WIB.
"Bagusnya laporan penghasilan perusahaan-perusahaan ritel di AS, Alibaba dan juga rencana stimulus dari pemerintah Inggris, memberikan sentimen positif di pasar," kata Ariston, Jumat (27/5).
Di samping itu, penguatan rupiah juga ditopang kinerja indeks dolar yang terpantau melemah. Indeks dolar saat ini menyentuh level 101 pada pagi ini dari beberapa waktu terakhir yang sempat di atas 104.
Ariston mengatakan, penurunan indeks dolar menunjukkan bahwa pasar sudah mengalihkan perhatiannya dari sentimen kenaikan suku bunga acuan AS untuk sementara waktu hingga ada isu baru. Adapun The Fed sudah menaikkan bunga acuannya sebesar 75 bps sejak Maret.
Dari dalam negeri, adanya sentimen rencana Bank Indonesia untuk mempercepat pengetatan moneter memberi sentimen positif ke rupiah. Meski menahan kenaikan bunga acuan, BI mengumumkan percepatan kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk menyedot likuiditas yang melimpah di perbankan.
"Data ekonomi Indonesia yang membaik juga membantu rupiah untuk melawan penguatan dolar AS," kata Ariston.
Asesmen BI terbaru menunjukkan pemulihan ekonomi berlanjut memasuki kuartal kedua tahun ini. Berbagai indikator dini menunjukkan aktivitas perekonomian yang terus membaik, seperti tercermin pada pertumbuhan positif penjualan eceran, ekspansi Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur, serta realisasi ekspor dan impor yang tetap tinggi, yang didukung oleh meningkatnya mobilitas dan pembiayaan dari perbankan. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3%.