Pendapatan Negara Mei Tembus Rp1.000 T, APBN Kembali Surplus Besar

Arief Kamaludin|KATADATA
Kementerian Keuangan mencatat surplus APBN hingga Mei 2020 sebesar Rp 132,2 triliun setara 0,74% dari produk Domestik Bruto (PDB).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
23/6/2022, 18.17 WIB

Kementerian Keuangan mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali surplus sebesar Rp 132,2 triliun pada Mei. Surplus APBN ditopang pendapatan negara yang tumbuh nyaris 50% dibandingkan tahun lalu di tengah belanja yang menurun.

"Total keseimbangan APBN kita hingga akhir Mei surplus Rp 132,2 triliun, dibandingkan Mei 2021 yang defisit Rp 219,2 triliun. Ini merupakan pembalikan yang luar biasa dari kondisi fiskal kita," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA edisi Juni 2022, Kamis (23/6).

Surplus APBN tersebut setara 0,74% dari produk Domestik Bruto (PDB). Dengan kinerja positif tersebut, ia memperkirakan defisit APBN hingga akhir tahun bisa ditekan lebih rendah dari target sebesar Rp 868 triliun atau 4,85% dari PDB.

Di sisi lain, keseimbangan primer juga melanjutkan surplus sebesar Rp 298,9 triliun. Realisasi ini juga menunjukkan pembalikan dari tahun lalu yang defisit Rp 67,4 triliun.

Sri Mulyani memerinci, surplus pada APBN hingga bulan kelima tahun ini didorong oleh pendapatan negara yang tumbuh 47,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 1.070,4 triliun. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan bulan April sebesar 45,9%.

Pendapatan negara hingga akhir Mei telah mencapai 58% dari target dalam APBN tahun ini. Semua sumber pendapatan negara tumbuh dua digit, terutama yang berasal dari perpajakan.

Penerimaan pajak tahun ini sudah mencapai Rp 705,8 triliun atau 55,8% dari target. Realisasi ini naik 53,6% dibandingkan tahun lalu. Penerimaan kepabeanan dan cukai tumbuh 41,3% menjadi Rp 140,3 triliun, ini setara 57,3% dari target. Sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 224,1 triliun atau 66,8% dari target dan pertumbuhan 33,7%.

"Dari sisi pendapatan memang kita akan mengalami upside yang cukup signifikan, ini yang juga sudah kami sampaikan di DPR bahwa kemungkinan penerimana kita Rp 420 triliun lebih tinggi dari yang ada di APBN," kata Sri Mulyani.

Kinerja pendapatan negara yang moncer tahun ini ditopang oleh harga komoditas yang tinggi serta berlanjutnya pemulihan ekonomi

 Saat pendapatan negara melanjutkan kinerja positifnya, belanja negara justru terkontraksi 0,8% dibandingkan tahun lalu. Ini merupakan pembalikan setelah bulan sebelumnya masih berhasil tumbuh 3%. Total belanja negara hingga akhir Mei sudah mencapai Rp 938,2 triliun atau 34,6% dari target. 

Penurunan pada belanja negara, antara lain berasal dari Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar 4,6% menjadi Rp 284,3 triliun. Hal ini karena penurunan pada pencairan sejumlah item seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik dan non-fisik, Dana Bagi Hasil (DBH) serta Dana Insentif Daerah (DID), sementara Dana Alokasi Umum (DAU) naik. Belanja oleh pemerintah pusat naik 1% dengan realisasi Rp 653,9 triliun. 

"Namun belanja ini belum menggambarkan tambahan subsidi dan kompensasi yang diperkirakan menambah belanja negara hampir mendekati Rp 380 triliun sendiri," kata Sri Mulyani

Dengan kinerja APBN yang masih berhasil mencetak surplus, realisasi pembiayaan anggaran bisa ditekan hingga turun 73,2% dibandingkan tahun lalu. Total pembiayaan anggaran sebesar Rp 83,3 triliun atau belum mencapai 10% dari target.

 

Reporter: Abdul Azis Said