Permintaan Sri Mulyani di Depan AS-Rusia Sebelum Memulai Pertemuan G20

ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/hp.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (ketiga kanan) menyampaikan sambutan pembukaan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
15/7/2022, 11.22 WIB

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara anggota G20 berkumpul di Bali selama dua hari ke depan. Menteri Keuangan Sri Mulyani memperingatkan sejumlah tantangan ekonomi global yang penting untuk dibahas dalam pertemuan tersebut dan mengurangi pembicaraan soal isu politik. 

"Ada harapan yang tinggi untuk forum ini. Karena ini adalah forum menteri keuangan dan gubernur bank sentral, kami berharap bahwa dapat berdiskusi lebih banyak soal masalah nyata yang saat ini kita semua hadapi, dan tak banyak membahas masalah politik," kata Sri Mulyani dalam pembukaan pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7).

Dia menyebun, pertemuan G20 terakhir kali pada April sudah diselimuti ketidakpastian ekonomi dunia dan situasinya semakin memburuk pada pertemuan ketiga ini. Pertemuan pertama menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 digelar pertama kali pada Februari saat perang di Ukraina baru saja meletus. Sementara pertemuan kedua digelar pada April lalu di Washington DC, Amerika Serikat.

Ia menyebut setiap menkeu dan gubernur bank sentral yang hadir pada pertemuan hari ini tentu menyadari situasi yang sulit tersebut. Kini tantangan yang dihadapi ekonomi dunia mencakup tiga isu utama, yakni perang Rusia dan Ukraina, kenaikan harga komoditas terutama pangan dan energi, dan guncangan di pasar keuangan akibat pengetatan moneter.

"Tantangan signifikan ini berada di atas masalah global yang belum terpecahkan seperti yang kita semua diskusikan dalam dua tahun terakhir yaitu perubahan iklim dan pandemi Covid-19," kata dia.

Berbagai situasi global tersebut menciptakan kesulitan untuk mencapai target bersama dalam pertemuan G20 Presidensi Indonesia. Pertemuan para petinggi G20 kembali diuji karena tantangan global kini bertambah dan makin rumit. Pertemuan kali ini perlu mendorong kerja sama untuk menentukan bagaimana tantangan yang ada bisa diatasi.

"Karena itulah ekspektasi dan harapan kepada kelompok negara ini semakin tinggi," kata dia.

Menurutnya, ada harapan yang tinggi terhadap pertemuan dua hari ini. Ini karena anggota G20 terdiri atas negara-negara paling penting secara sistematis bagi ekonomi global. Tindakan yang diambil sebagai kesepakatan dalam forum ini akan memiliki efek sangat penting bagi semua negara. "Jadi saya yakin anda semua sadar bahwa dunia mengawasi kita dengan cermat," kata dia.

Ia mengungkit partisipasi G20 dalam menangani krisis sebelumnya. G20 disebut mengambil tindakan penting untuk memastikan stabilitas keuangan global saat krisis keuangan 2008-2009. Hal serupa kembali dilakukan saat dunia menghadapi tekanan pandemi dua tahun terakhir.

Dalam sambutannya tadi pagi di depan delegasi AS dan Rusia, ia juga kembali mengingatkan pentingnya memperkuat semangat multilateralisme. Indonesia menurutnya, akan terus mendorong dilakukan diskusi, konsultasi, dan membangun 'jembatan' antara negara yang bertikai.

"Karena kami sangat yakin bahwa pekerjaan ini semakin lama semakin membutuhkan jembatan dan koneksi yang lebih banyak, bukan tembok dan perang," kata dia.

Ia menekankan kegagalan negara-negara G20 mencapai kerja sama akan menimbulkan konsekuensi trhadap masyarakat luas. "Konsekuensinya terhadap kemanusiaan dan bagi banyak negara berpenghasilan rendah akan menjadi 'bencana besar'," ujarnya.

Reporter: Abdul Azis Said

Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.