Pemerintah Klaim RI Tak akan Bernasib Seperti Sri Lanka, Apa Buktinya?

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Ilustrasi. Pemerintah memastikan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini sangat baik dan jauh berbeda dibandingkan Sri Lanka yang sedang menghadapi krisis ekonomi.
Penulis: Agustiyanti
18/7/2022, 17.59 WIB

Kondisi krisis ekonomi yang terjadi di Sri Lanka yang dipicu tumpukan utang menimbulkan kekhawatiran masyarakat bahwa hal yang sama dapat terjadi pada Indonesia. Namun, pemerintah berkali-kali meyakinkan kondisi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan Sri Lanka. 

Apa buktinya?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kondisi Indonesia saat ini justru merupakan salah satu negara dengan kondisi terbaik di dunia di tengah gejolak perang antara Ukraina dan Rusia.

Indikasi ekonomi yang kuat itu, menurut Luhut, bisa dilihat dari kinerja ekspor yang positif selama 26 bulan terakhir, serta inflasi yang terjaga. 

"Kita salah satu negara yang inflasinya terbaik di dunia. Ini perlu kita syukuri," katanya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan pada Juli mencetak surplus mencapai US$ 5,09 miliar. Ini merupakan surplus bulanan ke-26 secara berturut-turut dan dihasilkan dari lonjakan ekspor yang terjadi di tengah kenaikan impor. 

BPS juga mencatat surplus perdagangan pada semester pertama tahun ini mencapai US$ 24,89 miliar. Menurut Kepala BPS Margo Yuwono, surplus dalam enam bulan pertama 2022 ini merupakan yang tertinggi untuk surplus semesteran sepanjang sejarah. 

Sementara itu, inflasi Indonesia pada Juni mencapai 0,61% secara bulanan atau 4,35% secara tahunan. Meski angka inflasi tahunan sudah melampaui target atas BI sebesar 4%, angka inflasi ini jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat dan Inggris yang mencapai 9%. 

Inflasi Indonesia juga masih jauh lebih rendah dibandingkan Filipina yang mencapai 6,1% dan Thailand sebesar 7,66%. 

Luhut  menampik anggapan sejumlah pihak yang menyamakan kondisi Indonesia dengan Sri Lanka yang mengalami kebangkrutan. Ia meminta agar pihak yang mengkritik kondisi Indonesia melihat data-data yang ada. 

"Jadi kalo ada yang samakan kita dengan Sri Lanka, bilang dari saya, sakit jiwa itu. Lihat data-data yang baik. Suruh datang ke saya," ujarnya .

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya juga telah menegaskan bahwa tekanan yang timbul akibat perang Rusia dan Ukraina terhadap ekonomi Indonesia tidak seberat negara lain. Kondisi Indonesia terbatu oleh windfall dari harga komoditas. Ia menyebut, tren pembiayaan utang bahkan menurun. 

"Dalam hal ini, kami melihat kondisi APBN Indonesia jauh sangat berbeda dengan situasi yang dihadapi oleh negara seperti Sri Lanka," ujarnya pada April lalu. 

Bagaimana kondisi APBN dan utang pemerintah saat ini?

Kementerian Keuangan melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada semester I 2022 mencetak surplus Rp 73,6 triliun berdasarkan data realisasi sementara. Pendapatan negara hingga semester pertama tahun ini tumbuh 48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi  Rp 1.317,2 triliun. 

Kinerja moncer pendapatan negara pada paruh pertama tahun ini tidak lepas dari penerimaan perpajakan yang sudah tumbuh lebih dari 50%. Penerimaan pajak tercatat Rp 868,3 triliun, naik 55,7% dari tahun lalu. Capaian ini juga sudah mencapai 59% dari target baru yang direvisi naik menjadi Rp 1.485 triliun.

Pemerintah juga mencatat  posisi utang pemerintah pada akhir Mei 2022 turun sebesar Rp 38 triliun dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp 7.002,24 triliun.