Kinerja Ekonomi RI Q2 Lebih Kinclong dari AS dan Cina, Ini Faktornya
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun ini mencapai 5,44% secara tahunan. Kinerja ekonomi Indonesia ini jauh lebih baik dibandingkan Cina yang hanya tumbuh 0,4% secara tahunan dan Amerika Serikat yang bahkan terkontraksi 0,9% secara tahunan.
Apa sebenarnya faktornya?
Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono menjelaskan, Indonesia mendapatkan 'durian runtuh' dari lonjakan harga komoditas di pasar global. Hal ini berdampak pada kinerja neraca perdagangan yang surplus US$ 15,5 miliar, naik 148% dibandingkan kuartal sebelumnya meski ekonomi AS dan Cina yang menjadi mitra dagang utama Indonesia sedang sulit.
Margo mencatat, langkah pemerintah menambah subsidi energi dan memberikan bantuan sosial juga berdampak positif pada ekonomi kuartal II. Subsidi energi membuat inflasi Indonesia, menurut Margo lebih terkendali dibandingkan banyak negara. Inflasi pada Juli tercatat sebesar 4,94%, jauh di bawah Amerika Serikat 9,1%, Inggris 8,2%, Korea Selatan 6,1%, dan Uni Eropa 9,6%.
"Daya beli masyarakat masih tumbuh baik dengan memperhatikan kondisi inflasi yang terjaga," ujar Margo dalam konferensi pers, Jumat (5/8).
Kondisi tersebut, menurut Margo, mendorong konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama tahun ini tumbuh 5,51%. Konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan paling besar pada pertumbuhan ekonomi kuartal II mencapai 2,92%, naik dibandingkan kuartal sebelumnya 2,35% tetapi turun dibandingkan kuartal II 2021 3,19%.
Margo mencatat, ada dua faktor utama yang mendorong konsumsi rumah tangga. Pertama, daya beli masyarakat kelompok menengah ke bawah yang terjaga. Kedua, aktivitas konsumsi masyarakat menengah ke atas yang meningkat seiring mementum Ramadan dan Lebaran.
Selain konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh kinerja perdagangan yang impresif. Margo mencatat, sumbangan net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua mencapai 2,14%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal I sebesar 0,77% dan kuartal II 2021 sebesar 0,95%.
Kinerja net ekspor ini diperoleh dari pertumbuhan ekspor yang mencapai 19,74% dan impor 12,34%.
Sementara itu, menurut Margo, andil inflasi atau pembentukan modal tetap bruto turun dari 1,33% pada kuartal I 2022 menjadi 0,9%. PMTB tumbuh melambat dari 4,09% menjadi 3,07%. Perlambatan terutama cukup signifikan dibandingkan kuartal II 2021 yang masih tumbuh 7,52% dan andil 2,3%.
Menurut Margo, perlambatan pada PMTB terutama disumbang oleh subkomponen bangunan. Sementara pertumbuhan barang modal dan realisasi investasi domestik dan asing meningkat. Di sisi lain, BPS mencatat terjadi penurunan pada komponen konsumsi pemerintah 5,24% sehingga andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II semakin menurun.