Sri Mulyani Waspadai Awan Gelap Ekonomi Dunia yang Mengancam Indonesia
Perekonomian global memasuki periode suram akibat meningkatnya inflasi, pengetatan likuiditas hingga dampak perang Rusia dan Ukraina. Kondisi ekonomi dunia ini dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi tahun depan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, kinerja ekonomi domestik sampai dengan kuartal kedua cukup mengesankan dengan pertumbuhan sebesar 5,44%. Kinerja ini ditopang oleh pemulihan mobilitas masyarakat yang mengerek daya beli, serta kinerja ekspor yang masih cerah berkat harga komoditas.
"Namun, kita tetap menjaga kewaspadaan tinggi karena ada awan tebal dan gelap dalam bentuk inflasi, kenaikan suku bunga, pengetatan likuiditas dan pelemahan ekonomi negara-negara maju, serta ketegangan geopolitik bahkan mulai melanda perekonomian di Eropa, AS, dan Cina," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR RI, Selasa (30/8).
Kondisi tersebut menimbulkan rambatan negatif ke seluruh dunia dalam bentuk krisis pangan dan energi karena kenaikan harga tajam. Inflasi yang menanjak telah mendorong pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara maju. Sejumlah bank sentral seperti bank sentral AS (The Fed), bank sentral Eropa (ECB) hingga bank sentral Inggris telah mengumumkan kenaikan bunga agresif.
Kenaikan suku bunga ini menyebabkan gejolak di pasar uang dan arus modal ke luar dari negara-negara berkembang dan emerging. Keluarnya modal asing tersebut kemudian berpotensi melemahkan nilai tukar, seperti yang terlihat beberapa bulan terakhir. Nilai tukar rupiah telah terdepresiasi lebih dalam di tengah pengumuman kenaikan bunga The Fed yang agresif.
"Dampak rambatan global ini dapat mengancam ekonomi Indonesia dalam bentuk tekanan harga (inflasi), pelemahan permintaan dan pertumbuhan ekonomi," kata Sri Mulyani.
Target pertumbuhan ekonomi tahun depan yang dipatok pemerintah sebesar 5,3% telah mempertimbangkan perubahan lingkungan dan tantangan ekonomi global yang dinamis. Asumsi tersebut juga disebut sejalan dengan proyeksi berbagai lembaga internasional dan analis pasar.
Namun, Sri Mulyani mengingatkan agar tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya risiko pelemahan ekonomi global pada tahun depan yang bisa berimbas pada kinerja ekonomi nasional.
"Permintaan domestik dari segi konsumsi dan investasi harus dijaga momentum pemulihannya, sementara pemerataan pertumbuhan antarpulau, antardaerah, antarsektor harus terus diupayakan," kata Sri Mulyani.
Di depan DPR, Sri Mulyani juga mengingatkan pentingnya kekompakan menghadapi tekanan eksternal yang mengancam perekonomian domestik. Ia melihat tantangan gejolak dunia masih cukup panjang. Ketahanan pangan dan energi masih terus dibangun untuk melindungi perekonomian dari ketidakpastian global dan ancaman inflasi.