Tiga Krisis Mengancam Ekonomi Global, Ini Jurus Penangkal Sri Mulyani

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, ketidakpastian global akan meningkatkan harga, suku bunga, dan aliran modal asing.
Penulis: Agustiyanti
7/9/2022, 14.30 WIB

Kondisi perekonomian global dihadapkan pada ketidakpastian yang diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun depan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, ada tiga krisis yang sedang dihadapi dunia, yakni krisis pangan, energi, dan utang.

"Ada tiga area krisis yang dihadapi saat ini, yakni pangan, energi, dan utang. Dengan ketidakpastian ini, kita sudah mengaitkannya dengan kesiapan APBN," ujar Sri Mulyani dalam acara Sarasehan 100 ekonom yang digelar INDEF, Rabu (7/9). 

Sri Mulyani menjelaskan, ketidakpastian global akan meningkatkan harga, suku bunga, dan aliran modal asing. Untuk menghadapinya, menurut dia, hal yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengurangi imbas dari gejolak yang mungkin timbul. Ini antara lain sudah diantisipasi dengan menetapkan disiplin fiskal yakni defisit APBN kembali di bawah 3% pada tahun depan. 

"Kalau defisit fiskal masih besar sehingga perlu dilakukan pembiayaan dalam jumlah besar apalagi hingga desperate, maka kita akan terkena pukulan dari sisi biaya dana," katanya. 

Hal ini, menurut dia, akan membuat lembaga pemeringkat melihat Indonesia terlihat memiliki kerentanan dalam pengelolaan utang. "Kita melihat banyak negara yang menghadapi kondisi risiko saat mengelola utang karena diangkap fiskalnya tidak berkelanjutan. Ini membuat mereka harus mengeluarkan biaya yang besar," kata Sri Mulyani.

Kementerian Keuangan sebelumnya menyebut setidaknya 50 negara berpenghasilan rendah terjebak utang di tengah turbulensi ekonomi akibat inflasi tinggi dan krisis geopolitik, yang membuat harga energi dan pangan meroket. 

Staf Ahli Menteri Keuangan Wempi Saputra mengatakan krisis geopolitik akibat perang di Ukraina memperburuk laju pemulihan ekonomi global. Akibatnya, rantai pasok terganggu yang membuat inflasi tinggi dan mendorong harga komoditas energi serta pangan melonjak. Otoritas di sejumlah negara akhirnya terpaksa merilis kebijakan pengetatan moneter guna mengendalikan inflasi. 

“Di tengah inflasi, beberapa negara lain justru menghadapi stagflasi. Kombinasi rumit ini memusingkan banyak pengambil kebijakan,” katanya, di forum T20 Summit, Selasa (6/9).

Dalam perundingan di Jalur Keuangan (Financial Track) G20, Wempi mengatakan masalah keamanan pangan dan energi menjadi salah satu fokus pembahasan. Guna mengatasi persoalan tersebut, para pembuat kebijakan di Jalur Keuangan G20 mendiskusikan tiga intervensi.

Pertama, intervensi pembiayaan produksi pangan dan ketersediaan pupuk. Menurutnya, saat sejumlah negara sudah memasuki musim pangan tetapi justru terjadi kelangkaan pupuk. Hal ini tentu akan mempengaruhi produktivitas. 

Kedua, intervensi ketahanan agrikultur terhadap perubahan iklim demi menjaga produktivitas. Menurut Wempi, persoalan ini bukan hanya di ranah kebijakan finansial dan agrikultur semata tetapi juga di sektor perdagangan.

Solusi ketiga berkaitan dengan intervensi perdagangan. Wempi menuturkan, menurut pantauan World Trade Organization (WTO), setidaknya ada 31 negara yang melakukan pembatasan ekspor di sektor pangan, pakan, dan pupuk.