BPS Catat RI Tak Pernah Impor Minyak Mentah dan Gas Rusia sejak 2018

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi. Secara total sejak 2018, nilai impor olahan minyak dari Rusia mencapai US$ 67,8 juta.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
15/9/2022, 20.25 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia tidak pernah mengimpor minyak mentah dan gas dari Rusia sejak 2018. Pemerintah baru-baru ini menyatakan tengah mempertimbangkan untuk membeli minyak mentah dari Rusia yang dijual lebih murah.

Impor migas dalam perhitungan data BPS terdiri atas minyak mentah, olahan minyak, dan gas. Selama empat tahun terakhir, Indonesia hanya mengimpor migas dari Rusia dalam bentuk olahan minyak. Nilai dan volume impor olahan minyak pun turun signifikan tahun ini di tengah perang antara Rusia dan Ukraina.

"Sejak 2018 hingga Agustus 2022 hanya impor hasil minyak. Khusus tahun 2022, hingga Agustus hanya mengimpor Lubricating greases kode HS 27101944 pada Juli," dikutip dalam keterangan tertulis BPS, Kamis (15/9).

Secara total sejak 2018, nilai impor olahan minyak dari Rusia mencapai US$ 67,8 juta. Nilai impor ini sebetulnya terus naik sejak 2018 dan mencapai tertinggi selama empat tahun pada 2021 sebesar US$ 44,8 juta. Namun, nilainya turun signifikan pada tahun ini, sampai dengan Agustus hanya US$ 32. Impor migas dari Rusia tahun ini hanya berupa pembelian 1 Kg lubricating greases, sejenis produk pelumas.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyebut, Rusia secara historis bukanlah negara andalan impor minyak Indonesia. Minyak mentah impor Indonesia kebanyakan didatangkan dari negara-negara produsen minyak di Timur Tengah maupun Afrika. Ini karena karakteristik minyak Rusia belum tentu cocok dengan kilang minyak dalam negeri.

"Spesifikasi minyak Rusia dengan negara lain tentu berbeda, ini yang disesuaikan dengan kemampuan kilang kita dalam mengolah minyak," kata dia.

Ia pun mengingatkan pemeritah untuk mempertimbangkan matang-matang jika ingin membeli minyak murah dari Rusia. Pasalnya, pemerintah justru bisa merugi jika ternyata minyak yang dibeli tersebut tidak sesuai dengan kemampuan olah kilang dalam negeri.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya mengutarakan kemungkinan Indonesia membeli minyak mentah murah dari Rusia untuk meredakan tekanan dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.

Sebelum Jokowi, bos Pertamina, Nicke Widyawati sempat melontarkan rencana serupa. Namun ide itu kemudian batal seiring stok minyak Pertamina yang disebut masih mencukupi. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Sandiaga Uno dalam keterangannya melalui media sosial bulan lalu menyebut Rusia telah menawarkan minyak murah ke Indonesia dan pemerintah berencana menerima tawaran tersebut.

 Jokowi kemudian mengatakan secara langsung bahwa pemerintah akan mempertimbangkan kemungkinan pembelian minyak Rusia. "Semua opsi kami pantau. Jika ada negara dan mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja,” kata Presiden dalam wawancara dengan Financial Times seperti dikutip Reuters, Senin (12/9).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) , impor minyak mentah Indonesia terbesar pada 2021 berasal dari Arab Saudi dengan volume mencapai 4,42 juta ton atau hampir sepertiga total impor minyak Indonesia. Impor minyak mentah Indonesia terbesar berikutnya berasal dari Nigeria seberat 3,92 juta ton dan Australia dengan berat mencapai 1,41 juta ton.

Reporter: Abdul Azis Said