Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks harga konsumen pada Oktober 2022 mengalami deflasi 0,11% secara bulanan atau inflasi 5,71% secara tahunan. Angka ini melandai dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi 1,17% secara bulanan atau 5,95% secara tahunan.
Inflasi disumbangkan oleh kenaikan harga bensin, tarif angkutan dalam kota, beras, solar, tarif angkutan antarkota, dan tarif angkutan online.
"Inflasi tahunan pada Oktober melandai dibandingkan bulan sebelumnya karena penurunan tekanan inflasi di harga yang bergejolak," ujar Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Selasa (1/11).
Ia mencatat, inflasi harga yang bergejolak turun dari 9,0,2% menjadi 7,19%. Komponen inflasi harga yang diatur pemerintah tak berbeda dari bulan September yakni mencapai 13,28%. Sementara inflasi inti naik dari 3,21% menjadi 3,31%.
"Dua bulan setelah penyesuaian harga BBM, tekanan inflasi komponen harga diatur pemerintah masih tinggi, didorong oleh kenaikan harga bensin, bahan bakar rumah tangga, dan tarif angkutan dalam kota," kata dia.
Setianto menjelaskan, harga bensin mencatatkan inflasi 32,62% secara tahunan dengan andil 1,16%, lebih tinggi dibandingkan September 2022. Hal ini, menurut dia, antara lain disebabkan oleh harga yang lebih rendah pada periode yang sama tahun lalu atau low based effect.
Harga bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi 16,9% dengan andil 0,3% yang disebabkan oleh kenaikan LPG nonsubsidi. Tarif angkutan dalam kota juga mencatatkan inflasi 25,75% dengan andil 0,11% yang disebabkan oleh penyesuain tarif angkutan oleh sejumlah pemerintah daerah.
Berdasarkan komponennya, BPS juga mencatat komponen energi masih mencatatkan inflasi tinggi mencapai 16,88%, lebih tinggi dari September 16,84%. Komponen bahan makanan mencatat inflasi 7,04%, turun dibandingkan September 8,69%. "Andil komponen bahan makanan 1,27%," kata dia.
Adapun komponen lainnya mencatat inflasi 3,99% dengan andil 2,9%.
Inflasi tahunan yang melandai pada bulan lalu, menurut dia, terutama disebabkan oleh menurunnya inflasi harga yang bergejolak. Inflasi pada cabai merah turun dari 148,66% secara tahunan pada September menjadi 57,6% dengan andil 0,17%. Inflasi telur ayam ras turun dari 31,28% menjadi 26,41% dengan andil 0,16%.
Penurunan inflasi tahunan juga terjadi pada cabai rawit dari 75,36% menjadi 48,5% dengan andil mencapai 0,07%. Inflasi bawang merah turun dari 20,31% menjadi 20,24% dengan andil 0,07%, Sementara inflasi beras naik dari 2,56% menjadi 3,83% dengan andil 0,12%.