Kenaikan suku bunga agresif di banyak negara maju telah mendorong depresiasi nilai tukar di banyak negara berkembang, termasuk rupiah. Menteri Keuangan Sri Mulyani memperingatkan pelemahan rupiah akan berdampak terhadap neraca keuangan perusahaan-perusahan di dalam negeri.
"Para akuntan di ruangan ini pasti sangat hapal dengan situasi ini, di mana modal asing keluar, suku bunga naik, depresiasi mata uang lokal terjadi. Sebagai akuntan, saya yakin anda semua sudah mendengar alarm mulai bunyi, karena ini dampak kepada neraca keuangan sangat langsung," kata Sri Mulyani dalam acara Kongres XIV Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di Jakarta, Selasa (13/12).
Ia menjelaskan, depresiasi nilai tukar merupakan imbas dari kenaikan bunga yang agresif di banyak negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, suku bunga sudah dinaikan 375 bps selama enam pertemuan terakhir, dengan kenaikan agresif 75 bps dalam empat pertemuan beruntun.
Menurut Sri Mulyani, kenaikan bunga agresif tersebut bukan tanpa sebab. Pengetatan kondisi moneter saat ini adalah respons banyak bank sentral di dunia terhadap inflasi yang melonjak. Kenaikan harga-harga terjadi karena disrupsi suplai di tengah permintaan yang meningkat setelah pembukaan kembali perekonomian setelah pandemi Covid-19 yang diperparah perang Rusia dan Ukraina.
Peringatan soal dampak depresiasi nilai tukar ke keuangan perusahaan bukan hanya datang dari Sri Mulyani. Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri juga pernah memperingatkan depresiasi nilai tukar akan memukul neraca keuangan perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Hal ini terutama akan membebani perusahaan-perusahaan yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS.
"Jika pasar anda adalah pasar domestik atau pendapatan anda dalam rupiah tetapi repatriasi keuntungan dilakukan dalam dolar AS, maka akan terjadi kontraksi pada neraca keuangan karena mismatch mata uang," kata Chatib dalam acara Konferensi Internasional BUMN, Selasa (18/10).
Meski demikian, asesmen Bank Indonesia Oktober lalu menunjukkan, depresiasi rupiah belum berdampak pada kondisi perbankan dan korporasi di dalam negeri. Nilai utang luar negeri korporasi Indonesia juga disebut terus turun. Di samping itu, bank sentral juga punya ketentuan bagi korporasi yang memiliki utang valas untuk membuat mitigasi risiko, baik berupa hedging maupun ketentuan lainnya.
Mengutip Bloomberg, rupiah parkir di level Rp 15.628 per dolar AS di pasar spot kemarin. Rupiah telah melemah 9,6% sejak posisi akhir tahun lalu, dan pelemahan dan melemah 0,7% dibandingkan posisi bulan lalu.