Rupiah Anjlok Meskipun The Fed Tak Lagi Agresif Naikkan Bunga

Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi. Rupiah pagi ini melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
15/12/2022, 09.53 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 17 poin ke level Rp 15.610 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah terimbas komentar hawkish bank sentral AS, The Fed semalam sekalipun kenaikan suku bunga sudah diperlambat.

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 15.632 pada pukul 09.25 WIB, semakin jauh dari posisi penutupan kemarin Rp 15.593 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS keculai rupee India. Yen Jepang melemah 0,07%, dolar Singapura 0,19%, dolar Hong Konv 0,04%, dolar Taiwan 0,21%, won Korea Selatan 0,58%, peso Filipina 0,1%, yuan Cina 0,17%, ringgit Malaysia 0,43%, dan baht Thailand 0,74%.

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan melemah setelah sinyal hawkish The Fed semalam meskipun laju kenaikan suku bunga diperlambat. Rupiah akan diperdagangkan di rentang Rp 15.550-Rp 15.650 per dolar AS.

Bank sentral AS memutuskan memperlambat kenaikan bunga acuannya menjadi 50 bps setelah empat bulan beruntun menaikkan  sebesar 75 bps. Pelonggaran ini tak mampu mengangkat rupiah karena pada saat yang sama The Fed memberikan sinyal kenaikan bunga masih akan dilanjutkan tahun depan dan belum ada rencana pemangkasan sepanjang 2023.

Sinyal berlanjutnya kenaikan bunga tersebut seiring ekspektasi 'terminal rate' di level 5,1% atau rentang 5%-5,25%. Terminal rate merupakan level di mana pejabat The Fed berekspektasi perlu mengakhiri kenaikan suku bunga, atau perkiraan level puncak suku bunga. Ini mengindikasikan masih akan ada kenaikan sekitar 75 bps dari posisi saat ini 4,25%-4,5%.

"The Fed terlihat masih mempertahankan sikap hawkish mereka. The Fed menaikkan tingkat suku bunga terminal ke 5.1% dan mengulangi apabila terlalu dini untuk membahas pemangkasan suku bunga," kata Lukman dalam risetnya, Kamis (15/12).

Komentar hawkish juga disampaikan gubernur The Fed Jerome Powell yang kembali mengatakan bahwa perlu lebih banyak bukti bahwa inflasi turun secara berkelanjutan. Inflasi memang sudah turun beberapa bulan terakhir, berada di level 7,1% pada November.

Selain sentimen The Fed, investor juga menantikan rilis data perdagangan Indonesia periode November yang akan dirilis hari ini. Pasar akan lebih memperhatikan pertumbuhan pada impor dan ekspor daripada neraca perdagangan yang diperkirakan masih akan mengalami surplus.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra juga memperkirakan rupiah akan melemah sekalipun The Fed memperlambat kenaikan bunga acuannya. Rupiah akan melemah ke arah Rp 15.620, dengan potensi support di kisaran Rp 15.560 per dolar AS.

Komentar hawkish The Fed telah membebani rupiah hari ini. "Pasar juga mengkhawatirkan lingkungan suku bunga tinggi bisa mendorong perekonomian masuk ke masa resesi," kata Arsiton dalam risetnya.

Reporter: Abdul Azis Said