Nilai tukar rupiah dibuka menguat 12 poin ke level Rp 15.348 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini. Ini didukung ekspektasi bahwa bank sentral AS, The Fed tak akan menaikkan bunga acuan secara agresif.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terus menguat ke arah Rp 15.336 pada Pukul 09.20 WIB, atau naik 0,16% dari posisi penutupan kemarin. Mayoritas mata uang Asia lainnya juga menguat pagi ini, di antaranya:
- Won Korsel 0,29%
- Peso Filipina 0,67%
- Ringgit Malaysia 0,24%
- Baht Thailand 0,11%
- Dolar Hong Kong 0,03%
- Yen Jepang 0,03%
Sedangkan dolar Singapura melemah 0,07% bersama dolar Taiwan 0,08%, rupee India 0,11% dan yuan Cina 0,02%.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah menguat terbatas di tengah kembali masuknya investor ke aset berisiko jelang pertemuan pembuat kebijakan bank sentral AS, FOMC meeting besok. Rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 15.300-Rp 15.400 per dolar AS.
"Investor masih cenderung wait and see mengantisipasi pertemuan FOMC besok. The Fed diperkirakan bernada dovish dengan menaikkan suku bunga 25 basis point (bps)," kata Lukman dalam catatan, Selasa (21/3).
Berdasarkan alat pemantauan The Fed CME Group, probabilitas kenaikan bunga 25 bps pada pertemuan besok 73%. Sedangkan sisanya memperkirakan bunga ditahan.
Sedangkan analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah sedikit tertekan hari ini ke arah Rp 15.400, dengan potensi penguatan ke arah Rp 15.330 per dolar AS. Sebab, pasar masih akan mencermati perkembangan penanganan krisis perbankan di AS dan Eropa.
Tiga bank swasta AS bangkrut belum lama ini, yaitu:
- Silicon Valley Bank
- Credit Suisse
- Signature Bak
Ariston menyebut pelemahan rupiah mungkin tidak terlalu jauh. Hal ini didukung penanganan krisis perbankan yang dilakukan regulator bisa meredakan kekhawatiran pasar bila tidak ada insiden baru.
"Ditambah juga ekspektasi bahwa The Fed mungkin tidak agresif lagi menaikkan suku bunga acuan, sehingga rupiah masih berpotensi menguat," kata Ariston dalam catatan.