Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,09% ke level Rp 15.091 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Analis melihat peluang penguatan lebih lanjut usai rilis data inflasi penting di Amerika Serikat yang menurun serta perbaikan kinerja manufaktur di Cina.
Mayoritas mata uang regional lainnya juga menguat terhadap dolar AS. Won Korea Selatan perkasa 0,50%, ringgit Malaysia 0,22%, peso Filipina 0,15%, yuan Cina 0,13%, baht Thailand 0,11%, dolar Taiwan 0,04% dan dolar Singapura 0,01%. Sementara yen Jepang dan dolar Hong Kong kompak terkoreksi.
Rupiah berpeluang menguat hari ini setelah rilis data kinerja ekonomi Cina yang membaik serta penurunan lebih lanjut inflasi di AS. Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan kurs garuda hari ini menguat ke arah 15.050, dengan potensi resistance di kisaran 15.120 per dolar AS.
"Pelaku pasar mungkin merespon positif perbaikan yang terjadi pada data PMI Cina bulan Juli," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Senin (31/7).
Kinerja manufaktur Cina masih terkontraksi tetapi tidak sedalam bulan Juni. Indeks PMI Manufaktur Cina tercatat 49,3 yang menunjukkan sedikit di atas ekspektasi pasar. PMI sektor jasa masih ekspansi sekalipun menurun dari bulan lalu.
Inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS menunjukkan penurujan di Juni menjadi 3% secara tahunan, rekor terendah selama lebih dari dua tahun terakhir. Inflasi PCE inti, yang menjadi indikator utama The Fed, juga menurun menjadi 4,1%.
Namun, sikap bank sentral AS, The Fed yang masih membuka peluang kenaikan suku bunga lagi tahun ini masih menjadi sentimen yang menekan mata uang regional, termasuk rupiah. Sebagian pasar masih melihat peluang kenaikan suku bunga The Fed pada September setelah kenaikan 25 bps pada bulan ini.
Senada, analis pasar uang Lukman Leong melihat rupiah akan menguat hari ini setelah rilis inflasi PCE AS yang termoderasi mendorong koreksi pada dolar AS dan imbal hasil obligasi atau yield US Treasury. Ia memperkirakan kurs garuda hari ini bergerak di rentang 15.050-15.150 per dolar AS.
Data PMI Cina yang sedikit lebih baik dari perkiraan juga mendukung rupiah. "Namun penguatan mungkin akan terbatas, dengan investor wait and see menantikan data inflasi Indonesia besok yang dimana diperkirakan juga akan melambat," kata Lukman.