Alokasi Subsidi BBM, LPG, dan Listrik Bengkak jadi Rp 189 T pada 2024

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/Spt.
Ilustrasi. Kenaikan alokasi subsidi BBM dan elpiji tabung 3 kg selaras dengan perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP), dari semula US$ 80 per barrel menjadi US$ 82 per barrel.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Agustiyanti
19/9/2023, 16.08 WIB

Badan Anggaran DPR RI dan pemerintah menyepakati alokasi subsidi energi tahun 2024 sebesar Rp 189,1 triliun, membengkak  dari usulan awal dalam RAPBN 2024 sebesar Rp 185,8 triliun. Alokasi tersebut terdiri dari subsidi BBM tertentu dan LPG 3 kg sebesar Rp 113 triliun dan subsidi listrik Rp 75,8 triliun. 

Anggota Badan Anggaran DPR Nurul Arifin menjelaskan, kenaikan alokasi subsidi energi disebabkan oleh meningkatnya alokasi subsidi bbm dan LPG tabung 3 kilogram.

Alokasi subsidi jenis BBM tertentu meningkat dari usulan awal RAPBN 2024 Rp 25,6 triliun menjadi Rp 25,8 triliun, sedangkan supsidi LPG 3 kg meningkat dari RP 84,3 triliun menjadi Rp 87,4 triliun. 

“Volume LPG disepakati 8,03 juta MT, dan Volume BBM disepakati sebesar 19,58 juta KL. Adapun subsidi tetap minyak solar ditetapkan Rp1.000/liter,” ujar Nurul dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR RI dengan Menteri Keuangan, Selasa (19/9).

Kenaikan alokasi subsidi BBM dan elpiji tabung 3 kg selaras dengan perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP), dari semula US$ 80 per barrel menjadi US$ 82 per barrel.

Banggar DPR pun meminta pemerintah melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk minyak solar dan subsidi selisih harga untuk minyak tanah dalam pelaksanaan subsidi energi tahun depan.  Pemerintah juga diminta untuk melanjutkan roadmap registrasi konsumen penggunaan BBM.

Selain itu, DPR meminta pemerintah melanjutkan upaya transformasi subsidi elpiji 3 kg menjadi berbasis penerima manfaat dan terintegrasi dengan data penerima manfaat yang akurat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja yang sama menjelaskan, terjadi banyak perubahan pada prospek ekonomi domestik dan global dalam tiga minggu terakhir. Salah satu contohnya harga minyak bren yang naik menjadi US$ 95 per barel atau meningkat 11%. Kondisi ini lah yang memengaruhi perubahan pada alokasi belanja subsidi energi.

“Ini menandai kita menyusun RAPBN dalam situasi ekonomi bahkan asumsi2 dasar yg terus mengalami perubahan yang tidak selalu mudah,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR RI, Selasa (19/9).

Reporter: Zahwa Madjid