Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund menyarankan bank sentral di negara-negara Asia dan Pasifik untuk tidak terburu-buru menurunkan suku bunga acuan.
Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan dalam konferensi laporan Regional Economic Outlook Asia and Pacific menjelaskan tidak ada kebutuhan mendesak untuk menurunkan suku bunga.
Selain itu, IMF menilai akan ada tekanan inflasi dalam waktu dekat. Hal tersebut dipicu berbagai konflik dunia, seperti perang Israel dengan Hamas.
Kondisi tersebut dapat mendorong harga komoditas. Risiko negatifnya adalah inflasi meningkat.
"Karena itu, penting untuk tetap pada jalur kebijakan moneter dan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga sebelum inflasi kembali ke target," ujar Srinivasan, dikutip pada Kamis (19/10).
Selain itu, Srinivasan juga menilai likuiditas keuangan khususnya di negara-negara berkembang kawasan Asia dan Pasifik masih sangat akomodatif. Inflasi secara umum telah menurun dari puncaknya pasca pandemi seiring dengan menurunnya harga komoditas global dan kebijakan moneter yang ketat.
Namun, tanda-tanda tekanan harga baru muncul baru-baru ini. Selain itu, di beberapa negara maju di Asia, inflasi inti masih stagnan karena ketatnya pasar tenaga kerja dan kesenjangan output yang positif.
Kecuali Jepang, inflasi diperkirakan akan kembali sesuai kisaran targetnya pada akhir tahun 2024. Hal ini menempatkan Asia di depan negara-negara lain di dunia dalam hal disinflasi atau tingkat inflasi telah berkurang sedikit dalam jangka pendek.