Beli Rumah Gratis PPN, Sri Mulyani Siap-siap Kehilangan Rp 2 T

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap, program penguatan sektor properti ini dapat menghabiskan pasokan rumah baru di pasar saat ini, sekaligus menjadi insentif untuk pengembang mulai membangun rumah.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
26/10/2023, 06.30 WIB

Pemerintah akan menggratiskan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN atas pembelian rumah dengan harga di bawah Rp 2 miliar mulai November 2023 hingga Juni 2024. Insentif pembelian rumah tersebut berlanjut hingga Desember 2024 tetapi dalam bentuk diskon PPN sebesar 50%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, potensi pendapatan negara yang hilang dari pemberian insentif PPN ini diperkirakan mencapai Rp 2 triliun. Ini terdiri dari potensi yang hilang Rp 300 miliar atas pemberlakuan insentif pada tahun ini dan Rp 1,7 triliun atas pemberlakuan insentif PPN pada tahun depan. 

"Karena syaratnya rumah dengan nilai di bawah Rp 2 miliar, diharapkan permintaan naik dan sektor properti akan merespons," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (25/10).

Selain pembebasan PPN atas pembelian rumah, terdapat dia kebijakan lain terkait penguatan sektor perumahan yang akan berjalan mulai bulan depan. Keduanya yakni bantuan biaya administrasi atau BBA, dan tambahan bantuan Rumah Sejahtera Terpadu atau RST.

Pemerintah akan memberikan BBA senilai Rp 4 juta per rumah yang hanya berlaku bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR. "Kami memutuskan untuk menaikkan batas harga rumah yang bisa dibeli oleh MBR, yaitu menjadi Rp 350 juta baik rumah tapak maupun rumah susun," ujarnya.

Fasilitas BBA tersebut akan menghabiskan anggaran hingga Rp 1,2 triliun. Namun, mayoritas atau Rp 900 miliar dari anggaran fasilitas BBA tersebut dialokasikan pada tahun depan.

Sri Mulyani menjelaskan, fasilitas bantuan RST juga hanya ditujukan bagi masyarakat miskin. Sri Mulyani mengalokasikan anggaran senilai Rp 36,2 miliar untuk kebijakan tersebut. Bantuan RST akan diberikan sebesar Rp 20 juta per rumah pada November-Desember 2023. 

Ia berharap, program penguatan sektor properti ini dapat menghabiskan pasokan rumah baru di pasar saat ini, sekaligus menjadi insentif untuk pengembang mulai membangun rumah.  Sektor properti selama ini dianggap memiliki efek berganda yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Langkah ini kami harap bisa membuat perekonomian kita bertahan dari guncangan ketidakpastian global," kata dia. 

Ia menjelaskan, dunia dihadapkan pada ketidakpastian seperti perlambatan ekonomi Cina dan ketidakpastian kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve. Kedua faktor ini menyebabkan surplus neraca perdagangan menurun dan rupiah melemah.

Sri Mulyani semula memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat 2023 hanya mampu mencapai 4,86% akibat kedua faktor tersebut. Namun, ia optimistis ekonomi dalam tiga bulan terakhir tahun ini akan mampu tumbuh 5,06% berkat insentif baru PPN pembelian rumah. 

Sri Mulyani pun memperkirakan ekonomi masih mampu tumbuh di atas 5% sepanjang tahun ini dan tahun depan berkait insentif baru tersebut. 

Reporter: Andi M. Arief