Para ekonom dan petinggi lembaga pemerintah memperingatkan pemangku kepentingan untuk mewaspadai adanya kenaikan inflasi akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa mempengaruhi inflasi, terutama melalui mekanisme inflasi komponen barang impor atau imported inflation. Contohnya, harga daging impor dan bawang putih impor. Ada pula komoditas impor yang terkait dengan bahan baku untuk pembuatan roti, tahu, dan tempe.
"Padahal kita tahu beberapa komoditas ini adalah komoditas konsumsi yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia," ujar Yusuf kepada Katadata.co.id, Kamis (2/11).
Menurut dia, lonjakan inflasi akan dipengaruhi pula oleh permintaan yang tinggi di akhir tahun dan rantai pasok yang terganggu akibat kondisi geopolitik.
"Saya kira kombinasi ini yang sebenarnya perlu diantisipasi terkait bagaimana pelemahan rupiah bisa berdampak terhadap inflasi komoditas barang-barang impor," kata Yusuf.
Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan masyarakat perlu mewaspadai pelemahan rupiah yang akan mempengaruhi inflasi terhadap barang impor beberapa bulan ke depan.
Pengaruh pelemahan rupiah terhadap inflasi barang impor dapat terlihat pada komoditas yang mengandung komponen impor, seperti hasil industri pengolahan. Contohnya, mie kering instan dan roti yang menggunakan bahan baku tepung terigu impor. Tahu dan tempe yang berbahan dasar kedelai juga termasuk komoditas yang masih diimpor oleh Indonesia.
Diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta sempat melemah nyaris ke level psikologis 16.000 terhadap dolar AS. Sementara itu, inflasi bulanan pada Oktober tercatat sebesar 0,17%. Dalam perhitungan tahunan, inflasi tercatat 2,56% pada Oktober 2023.
Namun, Pudji berharap kebijakan kenaikan suku bunga Bank Indonesia dapat menahan sisi permintaan pada komoditas yang mengandung komponen impor secara signifikan.
“Tahun 2023 ini, baru bulan Oktober BI menaikkan suku bunga. Kenaikan ini punya korelasi pada kenaikan inflasi inti Oktober ini,” kata Pudji dalam Rilis Perkembangan Indeks Harga Konsumen Oktober 2023, Rabu (1/11).
BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan yaitu BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Oktober 2023.
Kenaikan tersebut bertujuan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dari ketidakpastian global dan menjadi langkah pencegahan untuk memitigasi dampak pelemahan rupiah terhadap imported inflation atau inflasi barang impor.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan sejak awal tahun, barang-barang impor relatif murah, terutama dari Cina, membanjiri negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya indeks perdagangan besar impor turun drastis. Indeks masih landai sampai September, dengan tren penurunan ke level 8.6.
"Pelemahan rupiah sejak dua bulan terakhir ini tidak akan membuat harga barang-barang impor secara umum lebih rendah dibanding sebelumnya," ujar David.
Menurut dia, pelemahan rupiah akan membuat indeks perdagangan besar impor rebound dan tentu bisa menggairahkan pasar ke depan. "Pengusaha akan cenderung segera mengambil keputusan untuk memasok kembali, khawatir harganya naik ke depan," kata David.