Pasar Menunggu Data Inflasi AS, Rupiah Dibuka Melemah ke 15.709/US$
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada 0,09% ke level 15.709 di awal pekan, Senin (13/11). Analis juga memprediksi pelemahan rupiah akan berlanjut.
Analis pasar uang Lukman Leong, mengatakan rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS. Hal ini dipicu sentimen negatif akibat imbal hasil obligasi AS yang kembali naik setelah pernyataan hawkish dari Gubernur Bank Sentral AS, The Federal Reserve, Jerome Powell.
“Namun pelemahan akan terbatas, investor masih mencerna implikasi downgrade Moody pada credit rating AS,” ujar Lukman.
Para pelaku pasar juga menunggu data inflasi AS yang dirilis minggu ini. Rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang 15.650-15.750.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra juga menilai potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini. Pelaku pasar mungkin masih mengantisipasi pernyataan beberapa pejabat bank sentral AS pekan lalu.
Sebelumnya, Jerome Powell membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS lagi untuk menurunkan inflasi yang sampai saat ini masih belum turun ke level target 2%.
Selain itu beberapa sentimen eksternal juga masih berpotensi mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan menekan rupiah seperti konflik di Timur Tengah yang masih berlangsung dan isu perlambatan ekonomi Cina. Pekan lalu, aktivitas ekspor Cina menunjukkan penurunan melebihi konsensus pasar.
“Cina juga melaporkan terjadi deflasi yang bisa diartikan penurunan permintaan dan perlambatan ekonomi,” ujar Ariston.
Di sisi lain, penurunan outlook utang AS oleh Moody’s bisa memberikan sentimen negatif untuk dolar AS dan mungkin ini bisa menahan penguatan dolar hari ini. Ariston memperkirakan potensi pelemahan hari ini ke arah 15.730, dengan penguatan di kisaran 15.630.