Tarik Utang Luar Negeri, Cadangan Devisa RI Tembus US$ 138,1 Miliar

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.
Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung di Jakarta, Kamis (16/11/2023). Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri (ULN) Indonesia sebesar 393,7 miliar dolar AS pada triwulan III 2023, turun dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 396,5 miliar dolar AS dimana penurunan tersebut bersumber dari ULN sektor publik.
7/12/2023, 15.33 WIB

Bank Indonesia (BI) mencatatkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2023 sebesar US$ 138,1 miliar. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2023 sebesar US$ 133,1 miliar.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengatakan kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,"ujar Erwin dalam keterangan resminya, Kamis (7/12).

Dengan pembayaran utang tersebut, Bank Indonesia menilai cadangan devisa Indonesia mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga.

“Seiring dengan respon bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Erwin.

Sebagai informasi, cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2023 tercatat US$ 133,1 miliar, atau menurun US$ 1,8 miliar dibanding posisi pada akhir September 2023 yang sebesar US$ 134,9 miliar.

Sementara itu, Direktur Departemen Komunikasi BI Nita A. Muelgini menjelaskan, bahwa penurunan posisi cadangan devisa tersebut, salah satunya dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Selain itu, kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," ujarnya.

Adapun posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor, dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Reporter: Zahwa Madjid