Ekspor RI Anjlok 11,33%, Akibat Permintaan Migas dan Non Migas Turun

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nym.
Suasana bongkar muat kontainer pada kapal kargo di dermaga Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/1/2024). Pemerintah menargetkan ekspor non migas Indonesia pada tahun 2024 tumbuh 2,5 hingga 4,5 persen dengan mengembangkan pasar baru non tradisional dan beberapa komoditas menjadi andalannya.
15/1/2024, 14.39 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Desember 2023 mencapai US$ 22,41 miliar atau meningkat 1,89% dibandingkan November 2023. Namun jika dibandingkan Desember 2022 justru turun 5,76%.

Tak berbeda, secara kumulatif juga anjlok. Tercatat total nilai ekspor Indonesia turun 11,33% menjadi US$ 258,82 miliar pada pada Januari–Desember 2023. Penurunan terjadi pada ekspor non migas maupun migas.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, ekspor non migas turun 11,96% menjadi US$ 242,90 miliar pada Januari hingga Desember 2023.

“Sektor ekspor non migas hasil industri pengolahan juga mengalami penurunan 9,26% dibanding periode yang sama tahun 2022. Begitu pun dengan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 10,04% dan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 20,68%,” ujar Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (15/1).

Dibandingkan Desember 2022, kata Pudji, kinerja ekspor mengalami penurunan sebesar 5,76%. Penurunan terjadi pada ekspor non migas, terutama pada bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati.

“Golongan barang bahan bakar mineral turun 16,49%. Kemudian lemak dan minyak hewani atau nabati turun 23,42% dan nikel turun 30,44%,” ujar Pudji .

Adapun provinsi asal barang, ekspor terbesar Indonesia berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 36,63 miliar (14,15%) pada 2023. Kemudian diikuti Kalimantan Timur US$27,94 miliar (10,79%) dan Jawa Timur US$22,43 miliar (8,66%).

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid