Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan tren penguatan. Tercatat rupiah menguat 0,35% ke level Rp 15.668 per dolar AS pada Jumat (22/3).
Di tengah penguatan tersebut, Analis Pasar Uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan kembali melemah terhadap dolar AS. Pelemahan terjadi karena dolar rebound atau menguat kembali setelah beberapa data ekonomi AS yang dirilis lebih kuat dari perkiraan.
“Data-data AS di antaranya manufaktur, klaim pengangguran dan penjualan rumah,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Jumat (22/3).
Dengan kondisi itu, Lukman memperkirakan Rupiah bergerak dalam rentang Rp 15.650 - Rp 15.750 per dolar AS.
Tak berbeda, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga menyebut data ekonomi AS masih menunjukkan penguatan karena situasi ekonomi AS yang membaik.
Data-data ekonomi AS yang menunjukan penguatan dari ekspetasi pasar di antaranya klaim tunjangan pengangguran, data indeks manufaktur di wilayah Philadelphia, data PMI manufaktur versi S&P dan data penjualan rumah existing.
“Hasil ini mendorong rebound pergerakan dolar AS yang sempat melemah karena hasil rapat moneter The Fed,” ujar Ariston.
Inflasi Akan Tahan The Fed Pangkas Suku Bunga
Pada Rabu (20/3) lalu, The Fed menyatakan bahwa keputusan pemangkasan suku bunga acuan akan bergantung dari data-data ekonomi AS terbaru. Jika data ekonomi membaik, maka akan mendorong inflasi dan menahan The Fed untuk memangkas suku bunga. “Ini juga bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS,” ujar Ariston.
Namun demikian, sinyal bank sentral AS, The Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga cukup kuat terjadi di semester kedua 2024 atau pun tahun depan. “Hal ini mungkin masih bisa memicu minat pelaku pasar untuk masuk ke aset berisiko dan bisa mendorong penguatan rupiah hari ini terhadap dolar AS,” ujarnya.
Dengan berbagai faktor tersebut, Ariston memprediksi penguatan rupiah ke level Rp 15.600 per dolar AS. Dibarengi dengan potensi pelemahan rupiah di kisaran Rp 15.680 per dolar AS.