Rupiah Melemah, Tertekan Suku Bunga The Fed dan Data Ekonomi AS

ANTARA FOTO/Khalis Surry/tom.
Petugas melayani warga yang menukarkan uang pecahan baru saat kegiatan Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idul Fitri (Serambi) 2024 di Taman Budaya, Banda Aceh, Aceh, Senin (25/3/2024). Program Serambi 2024 Bank Indonesia di Provinsi Aceh menyiapkan uang pencahan baru Rp5,4 triliun untuk memberi kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan uang pencahan baru untuk kebutuhan Lebaran pada 25 Maret - 5 April 2024.
28/3/2024, 09.55 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,41% ke level 15.858 pada perdagangan Kamis (28/3). Analis Pasar Uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan kembali melemah terhadap dolar AS.

Hal ini disebabkan oleh dolar AS yang masih menguat didukung oleh pernyataan hawkish dari Gubernur Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) Christopher Walle.

“Gubernur The Fed mengatakan, bahwa mereka tidak perlu buru-buru memangkas suku bunga,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (28/3).

Mengantisipasi hal tersebut, Lukman menilai pemerintah bisa melakukan intervensi untuk menjaga nilai tukar rupiah. Karena, pelemahan juga terjadi pada mata uang lain.

“Saat ini mungkin hanya perlu intervensi saja. Kebijakan yang lebih ekstrim seperti kontrol devisa belum diperlukan,” ujar Lukmana.

Dengan kondisi yang menantang, nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang Rp 15.800 - Rp 15.950 per dolar AS pada hari ini.

Pasar Waspadai Kebijakan The Fed

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menilai sentimen pasar masih tidak berubah. Pelaku pasar masih mewaspadai kebijakan The Fed yang tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga acuan.

Selain The Fed, data ekonomi AS juga pengaruhi pergerakan rupiah. Terlebih, data-data ekonomi AS menunjukkan pertumbuhan yang masih solid sehingga memicu kembali lonjakan inflasi.

Sentimen juga datang dari ketegangan geopolitik yang masih tinggi dan perang yang masih berlangsung di sejumlah negara bisa memicu kembalinya inflasi global. Hal ini juga bisa menganggu suplai rantai pasok.

Menurut Ariston, saat ini pelaku pasar masih menantikan data penting AS yang akan dirilis malam ini dan besok malam yaitu data PDB serta data indikator inflasi untuk mengonfirmasi kebijakan The Fed.

“Bila inflasi terlihat masih meninggi, The Fed bisa makin mantap menunda pemangkasan suku bunga dan ini akan kembali mendorong penguatan dolar AS,” ujar Ariston.

Indeks dolar AS masih tercatat menguat di atas kisaran 104 pada pagi ini, yang artinya dolar AS masih menguat terhadap major currencies atau sebagian besar mata utang.

Selain itu, dolar AS menguat terhadap mata uang emerging market pada pagi ini seperti dolar Singapore, won Korea, Rand Afrika Selatan, peso Philipina, dan Bath Thailand. Rupiah bisa ikut melemah terhadap dolar AS pada hari ini.

"Potensi pelemahan ke arah Rp 15.880 - Rp 15.900 per dolar AS. Dengan potensi support di sekitar Rp 15.820 - Rp 15.800 per dolar AS," ujarnya.

Reporter: Zahwa Madjid