Nilai tukar rupiah melemah 0,23% ke level Rp 16.062 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa (7/5). Kondisi ini dipicu kekhawatiran situasi di Timur Tengah yang belum mencapai kesepakatan gencatan senjata. Pasar juga masih menanti rencana bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuan.
Analis pasar uang, Lukman Leong menyebut pergerakan rupiah saat ini cenderung melemah terbatas. “Pernyataan dovish dua pejabat The Fed menahan pelemahan tersebut,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (7/5).
Pejabat The Fed menyatakan bank sentral masih akan mempertahankan suku bunga saat ini tapi tetap berencana untuk menurunkannya. Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16 ribu sampai Rp 16.100 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Ibrahim Assuaibi mengatakan saat ini greenback cenderung melemah karena data non-farm payrolls AS pada April 2024 lebih lemah dari prediksi pasar.
Pada Jumat lalu, data lapangan kerja negara tersebut melambat dari perkiraan. Selain itu, upah tahunan turun di bawah 4% untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.
“Tanda melemahnya pasar tenaga kerja ini meningkatkan optimisme The Fed dapat merancang kebijakan yang soft landing bagi perekonomian AS,” ujarnya.
Pelaku pasar kini memperkirakan pemotongan suku bunga acuan AS sebesar 45 basis poin tahun ini. Penurunannya akan terjadi pada November 2024.
Untuk pergerakan hari ini, Ibrahin memperkirakan mata uang rupiah akan ditutup menguat pada rentang Rp 15.960-Rp 16.060 per dolar.
Pada tingkat regional, sejumlah mata uang Asia juga menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS. Melansir Bloomberg, baht Thailand melemah 0,12%, ringgit Malaysia 0,03%, yuan Cina melemah 0,12%, rupee India 0,08%, peso Filipina 0,03%, dolar Singapura 0,04%, dolar Hong Kong 0,03%, dan yen Jepang ambles 0,35%.