Morgan Stanley menurunkan peringkat saham - saham di Indonesia menjadi underweight karena risiko ketidakpastian fiskal pada masa pemerintahan Prabowo Subianto. Salah satunya terkait program makan siang gratis.
Selain itu, Morgan Stanley juga menyoroti penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang membebani rupiah. Hal ini tentu berisiko bagi investor yang ingin berinvestasi di Indonesia.
"Kami melihat ketidakpastian jangka pendek terkait arah kebijakan fiskal ke depan serta pelemahan pasar valas di tengah tingginya suku bunga acuan AS dan prospek dolar yang terus menguat," tulis Analis Morgan Stanley Daniel Blake dikutip dari Bloomberg, Rabu (12/6).
Dengan kondisi itu, Morgan Stanley menurunkan peringkat investasi saham Indonesia menjadi underweight atau dengan kata lain menyarankan investor untuk mengurangi portofolionya di pasar saham Indonesia.
Karena secara umum, underweight menunjukkan kondisi saham atau indeks tertentu yang rentan memiliki performa lebih rendah dari rata-rata saham. Dengan kata lain, saham tersebut akan memberi return di bawah rata-rata.
Mereka juga khawatir terhadap program makan siang dan susu gratis yang diinisiasi oleh Prabowo. Sebab, program ini bisa membebani keuangan pemerintah dalam jumlah signifikan.
"Di sisi lain, prospek pendapatan perusahaan-perusahaan di Indonesia juga melemah,” tulis analis Morgan Stanley. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan tekanan dari penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.
Perubahan sikap Morgan Stanley ini terjadi ketika indeks dolar AS mulai bergerak naik menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve yang dilaksanakan Rabu (12/6) dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada minggu depan.
Jaga Defisit APBN di 3%
Sebelumnya, Prabowo optimistis mampu menjaga defisit APBN di bawah 3% saat mengalokasikan anggaran untuk program-program prioritas seperti makan siang dan susu gratis. “Kami telah mempelajari ini. Kami telah menghitung angka-angkanya, dan kami percaya diri akan dapat mewujudkan itu,” kata Prabowo, Rabu (15/5).
Hal ini diungkapkan Prabowo saat merespons pertanyaan wartawan senior Haslinda Amin pada acara Qatar Economic Forum di Doha, Qatar, Rabu (15/5) dari siaran langsung YouTube Bloomberg TV di Jakarta.
Dia menyebut Indonesia sebagai salah satu negara di dunia dengan tingkat rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang rendah. Selain itu, Indonesia juga negara yang mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam mengelola kondisi fiskal.
“Tetapi angka [defisit APBN] 3% itu juga sesuatu yang arbitrer. Tidak banyak negara yang menetapkan batas itu, tetapi Indonesia negara yang punya tradisi untuk selalu berhati-hati dalam mengelola fiskal," kata dia.
Untuk itu, dia mendorong pemerintah lebih berani, terutama dalam menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik. Beberapa strategi pengelolaan anggaran dapat digunakan dengan maksimal, termasuk untuk membiayai program makan siang dan susu gratis.
“Kami menghitung itu, dan ada metode untuk refocusing dan mengurangi anggaran untuk program yang tidak esensial. Ini adalah soal efisiensi, tata kelola yang baik, pengaturan dan manajemen yang baik,” kata Prabowo.
Menurut Prabowo, pemerintahan Joko Widodo telah menerapkan digitalisasi dan komputerisasi dalam berbagai layanan pemerintahan, termasuk untuk pengadaan. Dia bertekad untuk melanjutkannya karena digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi dan menekan kebocoran anggaran.
“Kami dapat menghemat banyak uang dengan memangkas yang tak perlu, dan ini akan berkontribusi pada pertumbuhan, ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Prabowo.