Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor pakaian dan aksesorinya meningkat jelang hari raya lebaran pada April 2024. Impor pakaian terbanyak berasal dari negara Cina dan Vietnam.
Tercatat nilai impor pakaian dan aksesori rajutan (HS61) mencapai US$ 12,26 juta pada Januari 2024. Nilai ini naik menjadi US$ 20,87 juta pada Februari 2024.
Kemudian kembali naik menjadi US$ 23,98 juta pada Maret 2024. Namun nilai impor pakai dan aksesori mulai turun memasuki masa lebaran, dengan nilai mencapai US$ 22,86 juta.
Sementara nilai impor dan aksesori bukan rajutan (HS62) mencapai US$ 14,74 juta pada Januari 2024. Lalu naik menjadi US$ 22,42 juta pada Februari, US$ 24,91 juta pada Maret dan turun menjadi US$ 19,38 juta.
Kebanyakan impor pakaian dan aksesori rajutan berasal dari Cina dengan persetanse sebesar 38,76%, diikuti Vietnam 13,99%, Bangladesh 10,36% dan Turki 5,02%.
Tak berbeda, impor pakaian dan aksesori tidak rajutan juga masih didominasi Cina dengan persentase 30,38%. Diikuti Bangladesh 11,00%, Vietnam 8,91%, dan Hong Kong 8,57%.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibulla menyebut nilai impor pakaian dan aksesori tersebut masih didominasi oleh negara Cina.
"Secara kumulatif, negara asal impor pakaian dan aksesori utamanya berasal dari Cina, Bangladesh dan Vietnam," kata Habibullah dalam konferensi pers BPS, Rabu (19/6).
Habibulla juga menjelasakan alasan peningkatan impor tersebut untuk mengantisipasi kenaikan permintaan pakaian jelang idulfitri 2024. "Nilai impor komoditas ini mengalami peningkatan dari bulan ke bulan jelang hari raya lebaran," kata Habibulla.
Menurut Habibulla, pola serupa juga terjadi pada tahun 2023. Saat itu, impor pakaian naik pada Januari 2023 dan mengalami masa puncak pada Maret 2023. Namun memasuki periode lebaran, nilai impor pakaian mulai turun.