6 Family Office Singapura Terseret Kasus Pencucian Uang Rp 36,23 T
Pemerintah Singapura membatalkan insentif pajak untuk enam single family office (SFO), karena mereka terlibat dalam skandal pencucian uang senilai $ 3 miliar atau setara Rp 36,23 triliun (kurs: Rp 12.076 per dolar Singapura).
Berdasarkan laporan The Straits Times, pemerintah telah menangkap 10 orang asing yang terlibat dalam kasus pencucian uang terbesar di negara tersebut. Mereka juga telah mendapat hukuman dari pihak yang berwajib.
Pada 2 Juli 2024 lalu, anggota parlemen Usha Chandradas bertanya kepada Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Singapura terkait berapa banyak family office yang terlibat dalam kasus tersebut.
Perdana Menteri Lawrence Wong dan Wakil Perdana Menteri Gan Kim Yong dalam balasan tertulis menyampaikan, bahwa terdapat enam family office yang terlibat dalam skandal ini, termasuk yang dimiliki 10 terpidana atau patnernya.
Family office adalah perusahaan yang dibentuk untuk mengelolaan kekayaan satu keluarga atau banyak keluarga kaya. Perusahaan ini tidak harus terdaftar atau mengajukan izin dari Otoritas Moneter Singapura (MAS), karena mereka tidak mengelola dana pihak ketiga (DPK).
Deputi Perdana Menteri (DPM) Gan Kim Yong sempat menyampaikan terkait insentif pajak yang diberikan otoritas pada awal tahun, ketika pemilik atau patner family office telah didakwa atau dijatuhi hukuman.
The Straits Times memperoleh informasi bahwa ini mungkin terjadi paling cepat pada tahun keuangan 2022. “Manfaat pajak yang diberikan sebelum itu tidak akan ditarik kembali, kecuali ada pelanggaran terhadap ketentuan pemberian insentif pajak saat itu," kata Gan Kim Yong.
Penyitaan Aset 6 Family Office
Sebagai bagian dari upaya penegakan hukum, pemerintah juga telah menyita aset para terpidana. Total nilai aset yang disita terkait dengan pengelolaan dana family office yang mendapat insentif pajak, yang nilainya jauh melebihi manfaat pajak yang diberikan kepada family office.
Sejak penangkapan pelaku pada Agustus 2023, lebih dari $ 1 miliar uang tunai dan aset yang terkait dengan 10 orang tersebut telah disita. Bahkan, aset dan uang tunai yang dirampas negara mencapai $ 944 juta.
Sisa uang tunai dan aset senilai $ 3 miliar yang masih disita oleh pihak berwenang adalah milik 17 orang lainnya yang masih buron, dan merupakan bagian dari penyelidikan yang sedang berlangsung.
Pada bulan Oktober 2023, Menteri Negara Perdagangan dan Industri Alvin Tan menyampaikan bahwa MAS akan meninjau proses administrasi insentif untuk family office, setelah satu dari mereka yang dihukum dan terkait dengan pemberian insentif pajak.
Untuk menerima insentif pajak saat itu, family office harus mempekerjakan setidaknya dua orang profesional di bidang investasi, mempunyai pengeluaran bisnis sekitar $ 200.000 hingga $ 1 juta.
Selain itu, family office juga harus menginvestasikan setidaknya 10% aset yang mereka kelola dalam bentuk ekuitas, obligasi, dana, atau perusahaan lokal yang beroperasi di Singapura.
Dalam tanggapan tertulis di Parlemen pada 6 Maret lalu, Perdana Menteri Lawrence Wong menyebut ada sekitar 1.400 family office yang mendapat insentif pajak di Singapura.
Jumlah ini meningkat dari 1.100 family office pada tahun 2022, dan 700 pada tahun 2021. Sementara family office yang mengajukan dan mendapat insentif pajak dari MAS telah mengelola aset sekitar $90 miliar pada tahun 2021.