Sejumlah ekonom mengungkapkan beberapa faktor yang bisa menarik investor asing atau orang kaya untuk menaruh uangnya di family Office. Faktor tersebut akan menentukan keberlanjutan investasi mereka di Indonesia.
Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyebutkan tiga kunci untuk menarik investasi melalui family office.
"Pertama, jaminan kerahasian dan keamanan data bahwa uang mereka benar-benar aman ditaruh di Indonesia,"kata Esther kepada Katadata.co.id, Kamis (5/7).
Artinya, jika ingin bentuk family wealth planning harus ada jaminan uang mereka aman seperti di Swiss dan Liechtenstein. Dua negara tersebut dikenal sebagai surga penyimpanan uang karena keamanan dan kerahasiannya dijamin.
Namun, saat ini Indonesia menghadapi masalah kebocoran data pribadi usai Pusat Data Nasional (PDN) diretas. Hal ini bisa menjadi kendala pembentukan family office di Indonesia.
"Sehingga, pemerintah harus punya regulasi yang jelas. Supaya tidak ada kekhawatiran investor bahwa dana mereka akan hilang ataupun rugi," kata Esther.
Selain keamanan data, pendirian family office juga harus memperhatian kepastian return yang menguntungkan bagi investor secara jangka panjang. Hal ini dibarengi biaya operasional yang murah.
Bisnis Berbasis Kepercayaan
Pakar ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menyampaikan skema investasi family office merupakan bisnis yang berbasis kepercayaan.
Oleh karena itu, pemerintah harus fokus membangun kapasitas (capacity building) supaya bisa meningkatkan minat investasi di skema pengelolaan dana berbasis keluarga, dengan cara membuktikan rekam jejak pengelolaan keuangan dengan total anggaran hingga ratusan triliun.
"Buktikan dulu bahwasanya orang Indonesia bisa seprofesional para pengelola dana di luar negeri," katanya.
Produk Keuangan yang Variatif
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan perlu pendalaman produk keuangan yang variatif untuk menarik investasi di family office.
"Produk yang dikeluarkan oleh penyedia jasa keuangan itu sangat variatif, jadi produknya dispesifikasikan dengan kebutuhan si family office," ujar dia.
Penambahan produk keuangan ini bisa diterapkan di Indonesia agar bisa memacu investasi di family office melalui instrumen keuangan yang berorientasi lingkungan (Sustainable link bond).
Kemudian obligasi tematik untuk pembiayaan proyek strategis nasional di sektor kesehatan, infrastruktur, pendidikan, dan telekomunikasi (SDGs bond), serta asuransi spesifik untuk orang super kaya (HNWI).
Untuk menghadirkan produk variatif itu, kata dia, perlu adanya komunikasi dengan penyedia jasa keuangan supaya pendalaman pasar keuangan, dan regulasinya sesuai dengan kebutuhan family office.
Selain memperluas diferensiasi produk keuangan, pemerintah juga mesti memberikan jaminan kepastian hukum, pemberantasan korupsi, peningkatan daya saing, serta perlindungan data pribadi.
"Family office ini kumpulan aset dari high net worth individual, orang-orang super kaya. Jadi mereka sangat sensitif soal perlindungan data pribadi," ujarnya.
Seperti diketahui, family office adalah perusahaan bisnis swasta yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan individu atau keluarga super kaya. Dengan menyediakan layanan manajemen keuangan, perencanaan pajak, filantropi, investasi dan lainnya.