Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% pada 2029 bukan merupakan hal yang mustahil, karena Indonesia pernah mencatatkan pertumbuhan tersebut.
Presiden Prabowo Subianto juga sudah mematok target tersebut dan diperkirakan akan dicapai secara bertahap hingga 2029. "Ini bukan hal mustahil mengingat Indonesia pernah mencapai rata-rata pertumbuhan 7,3% pada 1986-1997, bahkan 8,2% di 1995," kata Airlangga saat menghadiri acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di JCC, Jakarta, Rabu (30/10).
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2%-8% dalam lima tahun ke depan, menurut Airlangga, dapat belajar dari kebijakan yang diambil pada era tersebut. Meski begitu, pemerintah juga akan menyesuaikan terhadap kondisi saat ini.
Pemerintah juga akan meningkatkan kinerja sumber pertumbuhan utama. Kemudian mendorong diversifikasi sumber pertumbuhan, adaptasi teknologi, dan inovasi.
"Ini semua diperlukan agar perekonomian Indonesia yang kini berada di level menengah atas dapat terus maju menuju kelompok pendapatan tinggi," ujar Airlangga.
Pertumbuhan Ekonomi 1% Butuh Nilai Tambah Rp 200 Triliun
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) lebih pesimis melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga lima tahun ke depan. IMF hanya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2029 tak jauh dari angka 5%.
Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky justru melihat peluang pertumbuhan ekonomi 8% tetap ada meski mustahil, melalui pertumbuhan yang lebih berkualitas. Namun dibutuhkan nilai tambah ekonomi yang cukup besar setiap pertumbuhan ekonomi 1%.
"Setiap naik 1% itu kurang lebih secara nominal dari PDB Rp 24 ribu triliun. Berarti 1% itu sebesar Rp 2.240 triliun. Jadi menaikan 1% untuk beberapa tahun ke depan ini menyangkut nilai tambah Rp 200-300 triliun,” kata Awalil dalam Webinar Bright Institute, Selasa (29/10).
Hanya saja, angka tersebut merupakan nilai tambah bukan nilai dari produksi barang yang dihasilkan. Sehingga, jika dihitung berdasarkan produksi barang, maka dibutuhkan lebih besar lagi yakni sekitar Rp 500-750 triliun.
“Terbayang ya, untuk menambah 1% itu ada barang senilai Rp 500 triliun tambahannya. Kalau pertumbuhan ekonomi 8% berapa? Dibandingkan tahun sebelumnya, itu dari sisi produksi bukan main-main," ujar Rizky.
Dalam laporan berjudul World Economic Outlook edisi Oktober 2024, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada era pemerintahan Prabowo Subianto bakal stagnan hanya berada pada kisaran 5%.
Sebab IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 hingga 2029 hanya mampu mencapai 5,1%. Proyeksi ini jauh lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi mencapai hingga 8% pada masa pemerintahan Prabowo.
Proyeksi IMF pada tahun ini juga berada di bawah target pemerintah. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 hanya berada pada kisaran 5%.
Sementara pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2% berdasarkan target anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2024. Untuk tahun depan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi yang sama pada kisaran 5,2%.