Rupiah Diperkirakan Lanjutkan Pelemahan di Tengah Ekspektasi Kenaikan Inflasi AS

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Petugas menghitung uang pecahan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Penulis: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing
13/11/2024, 09.26 WIB

Sejumlah analis memproyeksikan rupiah masih akan melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS pada pergerakan hari ini. Hal itu dikarenakan adanya ekspektasi kenaikan inflasi Amerika Serikat di bawah kebijakan Donald Trump. 

“Rupiah diperkirakan masih akan melemah terhadap dolar AS karena pelaku pasar memperkirakan kenaikan inflasi dari kebijakan tarif Trump,” kata analis komoditas dan mata uang, Lukman Leong, kepada Katadata.co.id, Rabu (13/11). 

Investor juga mengantisipasi data inflasi AS malam ini. Angkanya  diperkirakan akan naik dari 2.4% menjadi 2.6% secara tahunan. “Jadi rupiah kemungkinan melemah pada level Rp 15.750 per dolar AS hingga Rp 15.900 per dolar AS,” ujar Lukman. 

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka pada level Rp 15.768 per dolar AS. Level tersebut menurun 13 poin atau 0,08% dari penutupan sebelumnya

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana juga memproyeksikan kemungkinan rupiah akan melanjutkan depresiasi ke level Rp 15.730 per dolar AS hingga Rp 15.930 per dolar AS. “Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya ekspektasi kebijakan Trump ke depan,” ujar Fikri. 

Data inflasi indeks harga konsumen AS pada Oktober 2024 memang menjadi hal utama yang paling dinanti investor. Data ini diproyeksikan akan menjadi faktor ekspektasi terhadap suku bunga The Fed ke depan. 

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, juga memproyeksikan pelemahan rupiah hari ini. Ariston mengtakan pada pagi ini indeks dolar AS terlihat naik lebih tinggi lagi ke level 105.92 dari sehari sebelumnya di kisaran 105.50. 

“Tren penguatan dolar AS masih berlanjut karena pasar masih mengantisipasi kemungkinan kebijakan perang dagang atau kenaikan tarif perdagangan AS di pemerintahan Trump,” kata Ariston. 

Selain itu pasar juga bereskpektasi The Fed bakal mengurangi pemangkasan suku bunga acuannya tahun depan. Aks ini untuk merespon kenaikan inflasi pada masa pemerintahan Trump. 

Ketegangan di Timur Tengah juga masih menjadi pertimbangan pasar untuk bertahan di aset aman dolar AS. “Potensi pelemahan ke area Rp 15.800 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 15.700 per dolar hari ini,” ujar Ariston. 

Reporter: Rahayu Subekti