Lembaga National Single Window (LNSW) Kementerian Keuangan mengungkapkan tingginya biaya logistik bisa mendisrupsi perekonomian karena terganggunya pasokan bahan baku atau bahan penolong di industri.
Kepala LNSW, Oza Olavia mengungkapkan solusi permasalahan itu melalui efisiensi proses bongkar muat atau dwelling time. "Proses efisiensi dwelling time sektor logistik dalam kegiatan ekspor maupun impor menjadi lebih singkat bisa dilakukan dengan berbasis digital," kata Oza di Kawasan Ancol, Jakarta Utara, Jumat (6/12).
Dwelling time merupakan waktu yang dihitung mulai dari peti kemas dibongkar dan diangkut dari kapal hingga meninggalkan terminal petikemas pelabuhan melalui pintu utama.
Saat ini, biaya logistik nasional Indonesia pada 2023 mencapai 14,29% dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan biaya logistik untuk kegiatan impor Indonesia pada 2022 yang mencapai 8,98%.
Menurut Oza, peran dwelling time dinilai penting karena durasi bongkar muat kontainer yang terlalu lama bisa menambah biaya logistik. Untuk itu, LNSW mempunyai peran dalam layanan sejak sebelum kedatangan, saat kedatangan, proses cargo clearance hingga dengan cargo clearance menuju pasar domestik.
"Ini dilakukan bersama kementerian lembaga terkait, beberapa perbaikan di sektor logistik mulai terlihat," ujar Oza.
Saat ini angka dwelling time nasional pada 2019 mencapai 3,16 hari. Pada 2023, rata-rata capaian dwelling time nasional mencapai 2,62 hari.
Oza mengungkapkan capaian dwelling time sepanjang periode Januari hingga Oktober 2024 yaitu 2,85 hari. Capaian tersebut sudah memenuhi target dwelling time nasional 2,9 hari.
Efisiensi dengan Integrasikan Sistem
Oza menjelaskan, efisiensi proses bongkar muat dilakukan dengan mengintegrasikan semua sistem yang terkait dengan ekspor, impor, dan logistik. Hal itu dilakukan dengan mengubah pola kerja dari manual menjadi berbasis digital untuk setiap layanan pemerintah.
“Jadi kami integrasikan datanya dari semua kementerian lembaga terkait dan kami ambil datanya dwelling time dari tujuh hari, sekarang sudah sampai ke 2,6 hari," kata Oza.
LNSW juga menata national logistics ecosystem atau NLE melalui berbagai layanan digital. Hal itu mencakup delivery order inline, surat penyerahan petikemas (SP2) online, dan sistem single submission untuk karantina, pengangkutan, serta perizinan.
Berdasarkan survei tim independen Prospera pada 2023, implementasi layanan digital NLE menunjukkan efisiensi signifikan, seperti pada penerapan delivery order online bisa menghemat waktu hingga 40,3% dan biaya 25,7%.
Saat ini, NLE diimplementasikan di 52 pelabuhan dan tujuh bandara yang mencakup hampir seluruh dokumen ekspor-impor nasional. Tak hanya itu, Indonesia National Single Window (INSW) juga terus dikembangkan.
LSNW adalah lembaga yang bertugas mengelola sistem Indonesia National Single Window (INSW), yang merupakan platform elektronik terintergrasi untuk mempercepat dan mempermudah proses administrasi di bidang kepabeanan, perizinan ekspor-impor dan pengelolaan logistik listas kementerian dan lembaga.