Langkah Pemerintah Atasi Pelemahan Rupiah yang Tembus Rp 16.300

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS dan di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Penulis: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing
20/12/2024, 15.08 WIB

Pergerakan rupiah terus melemah terhadap dolar AS. Rupiah bahkan ditutup makin anjlok pada ke level Rp 16.312 per dolar AS kemarin.

Pemerintah terus memantau dan menyiapkan langkah untuk meredam pelemahan rupiah saat ini. “Kami lihat, ini fenomenanya baru sebentar. (Pergerakan indeks dolar) Amerika Serikat dalam dua tahun terakhir tertinggi dan depresiasi bukan hanya di Indonesia,” kata Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (20/12).

Ia menyebut pelemahan mata uang bahkan lebih dalam dirasakan Korea Selatan dan Jepang dibandingkan Indonesia. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, secara umum pelemahan nilai tukar rupiah tetap terkendali bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023 tercatat depresiasi sebesar 4,16%.

Nilai tukar rupiah pada bulan ini hingga 17 Desember 2024 melemah sebesar 1,37%. Pelemahan ini lebih kecil dibandingkan dengan depresiasi yang dialami dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing mencapai  5,58%, 5,94%, dan 10,47%. “Tentu kami terus monitor dan jaga fundamental ekonomi kita,” ujar Airlangga.

Ia juga memastikan, pemerintah akan mendorong kinerja ekspor untuk meningkatkan devisa, begitu juga investasi. “Ekspornya kami tingkatkan sehingga nilai rupiah lebih solid,” kata Airlangga.

Bank Indonesia Terus Intervensi

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan intervensi akan terus dilakukan sebagai strategi menstabilkan nilai tukar rupiah. “Melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spotDomestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur Bulanan BI Desember 2024, pada Rabu lalu.

Perry yakin nilai tukar rupiah diperkirakan stabil didukung komitmen bank sentral menjaga stabilitasnya. Hal itu juga didukung dengan imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

Ia mengatakan, seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI. “Ini dilakukan untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah,” ujar Perry.

Penyebab Rupiah Terus Tertekan

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto kinerja mata uang rupiah mengalami masa terburuk. Apalagi jika dibandingkan dengan mata uang di Asia lainnya.

“Kinerja rupiah buruk, terutama kalau kita lihat dengan Korea Selatan. Kemudian Malaysia dan dengan Singapura,” kata Ibrahim kepada Katadata.co.id.

Meskipun ada intervensi dari BI tetapi, menurut Ibrahim, intervensi dari pemerintah telat sehingga rupiah melemah cukup tajam kemarin. “Apalagi setelah Bank Sentral AS (The Federal Reserves atau The Fed) menurunkan suku bunga,” ujar Ibrahim.

Ibrahim juga menyebut perlambatan ekonomi di Cina kemungkinan masih belum bisa diselesaikan meski pemerintahnya sudah menggelontorkan stimulus. Langkah ini belum dapat membuat dolar AS melemah.

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan saat ini data ekonomi AS masih terlihat solid. Selain itu juga inflasi AS sulit untuk turun sehingga The Fed memberi sinyal akan menahan suku bunga AS lebih lama.

Kondisi lain yang terus membuat penekanan rupiah yaitu kebijakan yang akan diterapkan Donald Trump. “Kebijakan Trump akan memicu perang dagang, sedangkan ekonomi Cina terlihat masih bermasalah dengan stimulus yang terus diluncurkan pemerintah,” kata Ariston.

Reporter: Rahayu Subekti