AS Pangkas Tarif ke Cina Usai Pertemuan Trump–Xi Jinping di Busan Korsel
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menurunkan tarif terhadap Cina dari 57% menjadi 47% tak lama setelah Presiden Donald Trump menyelesaikan pertemuannya dengan Presiden Cina Xi Jinping pada Kamis (30/10), menurut laporan Associated Press.
Pertemuan tersebut berlangsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Busan, Korea Selatan, dan menjadi pertemuan pertama antara kedua pemimpin dalam enam tahun terakhir.
Berbicara kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengatakan keputusan pemangkasan tarif itu diambil setelah diskusi yang sukses dengan Xi. Dalam pertemuan itu, Xi berjanji akan membatasi aliran bahan prekursor fentanyl ke AS.
“Kami telah mengadakan pembicaraan yang sangat sukses. Presiden Xi berkomitmen untuk mengambil langkah tegas membatasi bahan kimia fentanyl yang masuk ke Amerika Serikat,” kata Trump.
Langkah ini dipandang sebagai sinyal mencairnya hubungan bilateral kedua negara, setelah sebelumnya hubungan sempat menegang karena laporan bahwa Beijing berencana memperluas kontrol ekspor terhadap hampir seluruh produknya, termasuk mineral tanah jarang yang sangat penting bagi rantai pasok teknologi global.
Ketegangan itu sempat mendorong Trump mengumumkan tambahan tarif sebesar 100% terhadap produk Cina yang akan berlaku mulai 1 November 2025.
Sebelum bertemu Xi, Trump menyatakan optimismenya atas hasil pembicaraan tersebut. “Kami akan mengadakan pertemuan yang sangat sukses, saya tidak meragukannya. Presiden Xi adalah negosiator yang tangguh,” ujar Trump.
Trump juga mengisyaratkan kemungkinan kedua pihak menandatangani sebuah kesepakatan setelah pertemuan tersebut karena, menurutnya, keduanya memiliki “pemahaman yang sangat baik” satu sama lain.
Dalam pertemuan tertutup yang berlangsung lebih dari 90 menit, Xi menyampaikan bahwa perbedaan pandangan antara Cina dan AS merupakan hal yang wajar.
“Mengingat kondisi nasional kita yang berbeda, tidak selalu mudah untuk saling sependapat. Wajar jika dua ekonomi terbesar dunia sesekali mengalami friksi,” kata Xi.
Memfinalisasi Kesepakatan Dagang Cina-AS
Mengutip laporan Bloomberg, kedua pemimpin itu diperkirakan akan memfinalisasi rincian kerangka kesepakatan perdagangan yang telah dinegosiasikan akhir pekan sebelumnya di Malaysia.
Dalam rancangan kesepakatan tersebut, Cina sepakat menangguhkan kebijakan lisensi ekspor tanah jarang selama satu tahun, melanjutkan impor kedelai dari AS, serta mengambil langkah untuk membatasi produksi fentanyl. Sebagai imbalannya, AS akan menurunkan tarif dan mempertimbangkan sejumlah konsesi tambahan.
Xi juga memuji upaya Trump dalam menjaga perdamaian global, termasuk di Gaza. Ia menilai pembangunan Cina sejalan dengan visi Trump dalam slogan Make America Great Again (MAGA).
“Saya percaya, pembangunan Cina sejalan dengan visi Presiden Trump untuk membuat Amerika hebat kembali,” kata Xi.
Sebelumnya pada awal tahun ini, Cina sempat kembali dikenai tarif baru setelah Trump memulai masa jabatan keduanya. Dari total 30% bea impor tambahan, sekitar 20% di antaranya dikaitkan dengan peran Cina dalam produksi fentanyl.
Situasi tarif kedua negara belakangan memang bergejolak. Pada April lalu, saat Trump mengumumkan kebijakan “Liberation Day Tariffs”, Beijing merespons dengan tindakan balasan yang hampir memicu perang dagang baru. Saat itu AS sempat menaikkan tarif terhadap produk Cina hingga 145%, sebelum akhirnya dicabut setelah pertemuan pejabat kedua negara pada Mei.