Covid-19 memiliki dampak luar biasa terhadap sendi kehidupan. Tidak hanya korban jiwa – angka kerugian yang ditimbulkan pun sangat besar. Salah satu industri yang terhantam paling keras adalah pariwisata. Sederhananya, hampir semua negara dan kota di dunia menutup atau meminimalisir daerahnya dari kedatangan turis untuk menghambat laju penularan pandemi.
Masyarakat yang khawatir lebih memilih untuk stay at home dan keluar rumah hanya untuk kebutuhan primer sehari-hari. Hal ini bertolak belakang dengan dimensi pendekatan pariwisata yang identik dengan kata “jalan-jalan”.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio, (4/5/2020) menyatakan pariwisata merupakan sektor pertama dan yang paling terdampak pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Maret 2020 turun sebesar 45,50% dibandingkan Februari 2020.
Apabila dibandingkan dengan Maret 2019, maka jumlah kunjungan wisman pada Maret 2020 mengalami penurunan sebesar 64,11%. "Secara kumulatif pada Januari hingga Maret 2020, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 2,61 juta kunjungan atau turun 30,62% dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 3,76 juta kunjungan," ucapnya.
(Baca: Dampak Corona, Kadin Prediksi Bisnis Perhotelan Baru Pulih Pada 2023)
Nasib Calender of Event dalam Era Disrupsi
Mengetahui pengaruh strategis dan potensial suatu event dalam menambah daya saing daerah tujuan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merilis Calendar of Event (COE) 2020 yang memuat seratus event terbaik nasional dan tersebar di 34 provinsi. COE diharapkan dapat menarik kedatangan turis sehingga mendorong pengembangan industri kreatif, meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan terbukanya lapangan kerja baru, dan meningkatkan perolehan devisa Indonesia secara keseluruhan.
Indonesia sudah memiliki COE sejak empat tahun lalu, yang disusun dan dipromosikan secara besar-besaran oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ratusan event yang ada dibagi menjadi festival and cultural events, entertainment events, dan sport events dengan kualitas terbaik melalui level kurasi ketat oleh para ahli dibidangnya.
Pandemi corona memang menghancurkan semua rencana COE terkini yang telah dibuat matang-matang. Stakeholder terancam gulung tikar. Dalam kurun waktu satu sampai tiga bulan kedepan, sebagian besar daerah memutuskan untuk membatalkan event. Pada era new normal ini, tiap daerah bergegas menyusun protokol kesehatan yang mampu menopang aktivitas pariwisata meski belum dapat pulih sepenuhnya.
Dalam era new normal, tata ulang market serta destinasi pariwisata itu sendiri perlu dipertimbangkan sejalan dengan aspek protokol kesehatan. Kolaborasi dengan sektor industri lain pun mungkin akan diperlukan—misalnya, penurunan tarif penerbangan hingga 50% untuk destinasi pariwisata tertentu. Pemulihan dilakukan perlahan karena memang pandemi masih mengintai.
(Baca: Penumpang Dibatasi 70%, Maskapai Boleh Naikkan Harga Tiket Pesawat)
Event yang dijadwalkan untuk diselenggarakan pada kurun waktu Maret sampai Juni pada masa new normal sudah dapat dipastikan tumbang. Di bulan Maret ada Festival Dayak Meratus, Tour de Bintan, dan Bali Spirit Festival yang batal diselenggarakan. April kemarin Gebyar Pesona Budaya Garut, Festival Asia Afrika, dan World Surf League Krui Pro bernasib sama.
Pada bulan Mei, HardFest Pesona Jatigede, Seba Baduy, dan Festival Pesona Khazanah Ramadhan terpaksa ditunda. Sementara itu pada bulan Juni berjalan, Festival Parade Pesona Kebangsaan, Bintan Triathlon, Festival Teluk Jailolo, Pesta Kesenian Bali, dan Festival Fulan Fehan pun terancam ditunda atau ditiadakan.
Mengingat karakteristik utama dari event COE yang kental dengan aspek pariwisata meliputi mengundang massa dalam jumlah ribuan; langsung (live); terkoneksi dengan stakeholder industri lain (seperti kuliner, hotel, kerajinan tangan) serta sangat dekat secara fisik dalam membangun aspek interaksinya, maka membatalkan event dianggap keputusan terbaik meskipun berat.
(Baca: Luhut Incar Turis Asing Berkantong Tebal Kunjungi Indonesia)
Darurat Pendidikan Daring Event
Dengan adanya pandemi, ke depannya diharapkan mitigasi bencana menjadi lebih variatif dan dapat secara komprehensif menyusun langkah strategis penanggulangan bencana dengan cepat, tepat, dan akurat. Bentuk mitigasi daring harus sudah dibuat dari awal dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Minimnya sumber daya manusia yang mumpuni dalam eksekusi event berbasis daring menjadi pekerjaan rumah yang harus disiasati Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pendekatannya perlu menopang aspek event experience; agar event tersebut tidak kehilangan makna dan identitasnya.
Pembekalan pendidikan tata cipta kelola berbasis daring harus memiliki standar yang baik sehingga roh pariwisatanya tetap terasa kuat dan menjadi nilai tambah. Sumber daya manusia yang ada perlu didorong untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuannya dalam memanfaatkan teknologi, agar tenaga kerja yang mampu mengaplikasikan dan mengontrol teknologi akan terus bergerak maju.
(Baca: Menhub: Pelonggaran Transportasi Akan Jadi Stimulus Sektor Pariwisata)
Era disrupsi kejutan mengharuskan adaya inovasi dan cara berpikir kreatif yang out of the box. Tiap daerah di Indonesia perlu mulai mengadopsi teknologi digital sehingga mampu mengutilisasi sarana media main technology seperti web productivity, big data analysis, social media optimization, cybersecurity, cloud clustering, dan augmented reality.
Pandemi menegaskan isu pendidikan event menjadi salah satu topik penting yang perlu dicari solusinya. Selain itu, perlu disiapkan lebih matang bagi seluruh daerah penyelenggara event yang lolos kurasi akan kerja sama seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Smart foundation, smart process, dan smart connectivity adalah kunci penting manajemen event. Dengan demikian, para penyelenggara dapat lebih siap menghadapi berbagai perubahan, apapun bentuk dan resikonya, sehingga makna suatu event akan semakin kokoh dan turis semakin betah. Bravo pariwisata, wonderful Indonesia!
Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.