Penyaluran KPR ke Driver Ojol dan Pedagang Pasar, Apa Untungnya?

Katadata/ Joshua Siringo-ringo
Piter Abdullah Redjalam Direktur Eksekutif Segara Institute
Penulis: Piter Abdullah Redjalam
17/11/2022, 13.35 WIB

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menjajaki pasar para pekerja informal. Bank pelat merah itu menyiapkan skema KPR bersubsidi yang menggiurkan. Para pekerja informal, seperti driver ojek online atau pedagang di pasar tradisional, tidak perlu menyiapkan uang muka karena sudah dibayarkan pemerintah (subsidi). 

Selain itu angsurannya pun super-ringan. Menurut perhitungan Direktur Distribution & Funding BTN Jasmin, angsuran KPR ini hanya Rp40.000 per hari atau setara dua bungkus rokok kretek.  

Dari sudut pandang manajemen risiko, penyaluran kredit ke sektor informal terbilang berani. KPR adalah jenis pembiayaan bertenor panjang, lebih dari 15 tahun. Sementara tipe debiturnya adalah para pekerja informal.

Mitra driver dan pedagang pasar disebut pekerja sektor informal karena mereka tidak punya penghasilan tetap. Mereka tidak hidup dari gaji yang nilainya selalu stabil serta serba pasti. Sebaliknya, penghasilan mereka tidak menentu dan berfluktuasi setiap hari. 

Ketidakpastian ini membuat bank acap kali menghindari pemberian kredit besar dan berjangka panjang, seperti KPR, kepada mereka. Meskipun mereka memiliki penghasilan (tidak tetap) dan mampu mengangsur. 

Keputusan BTN menyalurkan KPR ke segmen bankable tapi undeserved ini, manajemen tentu telah berhati-hati menganalisis potensi risiko. Saya yakin bank sudah mempertimbangkan berbagai risiko yang mungkin terjadi. Terutama risiko gagal bayar yang berujung pada kenaikan non-performing loan (NPL)

Bagaimanapun, program populis tidak boleh menjadi beban di kemudian hari karena tidak cermat melakukan kajian. Saya percaya program populis yang baik adalah program yang bisa diimplementasikan, berhasil, dan dapat menciptakan perubahan.  

Apapun pertimbangan dan strategi antisipasinya, saya melihat ada tiga manfaat bagi BTN dari keberaniannya menyalurkan KPR ke pengemudi ojek online Gojek dan pedagang pasar. Pertama, diversifikasi target pasar. Kedua, potensi dana murah (current account and saving account/CASA). Ketiga, pintu masuk BTN menggarap pasar kredit mikro. 

Diversifikasi Pasar

Selama ini BTN melayani debitur subsidi dan nonsubsidi melalui KPR komersial. Kredit subsidi dilayani melalui beberapa skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan bantuan uang muka kredit. Apapun pilihannya, kedua skema ini meringankan debitur. 

Pangsa pasar utama KPR bersubsidi adalah segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Mereka menjadi target utama penurunan angka backlog perumahan dan masuk dalam program sejuta rumah rakyat pemerintahan Jokowi. 

Meski program ini sudah berjalan lebih dari 7 tahun, dan akan berakhir bersamaan dengan selesainya masa jabatan Presiden, angka backlog masih di atas 12 juta unit. Jumlah yang masih cukup besar dan perlu extra effort untuk menurunkan secara drastis. 

Pada konteks ini, improvisasi BTN menyalurkan KPR bersubsidi ke abang ojol dan pedagang pasar bisa dinilai sebagai extra effort menekan angka backlog. Namun, jika dilakukan pada saat yang tepat, kerja keras tersebut justru bisa menjadi berkah tersendiri bagi BTN.

Saat ini pasar pembiayaan properti diliputi kekhawatiran inflasi, bunga tinggi, dan penurunan daya beli. Pertumbuhan kredit diproyeksikan bakal melambat, termasuk KPR. BTN mungkin mengalami perlambatan pertumbuhan kredit, tetapi relatif lebih baik dibandingkan rata rata industri. 

Kok bisa? Karena target pasar utama BTN adalah masyarakat yang belum memiliki rumah. Bukan kelompok masyarakat yang membeli rumah untuk investasi (spekulasi). 

Ceruk pasar ini relatif tahan banting karena hunian layak menjadi kebutuhan utama setiap rumah tangga. Konsumen bisa menunda kredit mobil, beli perhiasan, liburan, dan barang konsumtif lainnya, demi memiliki rumah pertama untuk ditinggali. Begitu KPR disetujui, debitur akan berupaya keras mengangsur tepat waktu untuk mempertahankan tempat tinggalnya. 

Abang ojol dan pedagang pasar merupakan tipe konsumen pembeli rumah pertama. Potensi pasarnya juga besar meski berisiko tinggi. 

Berdasarkan estimasi BTN, ada sekitar 200 ribu driver ojol yang layak mendapat KPR. Berhasil menggarap 30% saja, rasanya tidak sulit. Sementara potensi pedagang pasar tradisional, jumlahnya lebih besar lagi.  

Jadi, ketika mendiversifikasi target pasar ke pekerja sektor informal, BTN bukan hanya berupaya menekan angka backlog. Perseroan juga menyiapkan bantalan (mitigasi) menghadapi tren perlambatan pertumbuhan kredit. Strategi populis yang brilian!         

Potensi Dana Murah

Apabila penyaluran KPR bersubsidi ke mitra driver ojol dan pedagang pasar berlangsung masif, BTN segera mendapatkan manfaat kedua. BTN memperoleh pertumbuhan jumlah nasabah (number of account/ NOA) dan porsi dana murah. Sangat mungkin para debitur ini akan menjadikan BTN sebagai bank utama penopang transaksi harian mereka. 

Dari sisi nilai simpanan yang mengendap mungkin tidak terlalu besar, tapi pedagang pasar dan abang Gojek aktif bertransaksi. Hal ini sekaligus menjadi peluang untuk meningkatkan fee based income.  

Porsi dana murah (CASA) juga berpotensi membesar dan semakin memperbaiki biaya dana BTN. Efek langsungnya, BTN bakal lebih kompetitif di pasar (pricing). Pada saat yang sama dapat meningkatkan net interest margin (NIM) sehingga berdampak positif ke laba bersih. 

Mengacu ke kinerja kuartal III-2022, BTN menikmati penurunan beban bunga sebanyak 27,8% menjadi Rp4,94 triliun. Hal ini didorong oleh peningkatan CASA sebesar 22,95% menjadi Rp137,45 triliun. Pada saat yang sama, porsi deposito berhasil diturunkan sebanyak 8,96% menjadi Rp169,85 triliun. 

Pintu Masuk ke Kredit Mikro

Selain dua manfaat di atas, BTN dapat meraih manfaat dari melebarkan KPR ke sektor informal ini, yakni ekspansi ke kredit mikro. KPR bersubsidi ini merupakan pintu masuk untuk menyalurkan kredit produktif ke ekosistem GOTO dan para pedagang pasar. 

BTN bisa menjadikan kepatuhan debitur dalam mengangsur sebagai pertimbangan pemberian kredit modal kerja. Jika driver Gojek dan pedagang pasar menjadikan BTN sebagai rekening utama, hasilnya akan lebih baik lagi. 

Aktivitas transaksi dan saldo mengendap akan menjadi track record sekaligus pengukuran profil risiko secara lebih presisi. Jadi penilaian kelayakan kredit bisa lebih efektif dan akurat. 

Ekspansi ke pasar kredit mikro akan berdampak signifikan terhadap kinerja BTN. Seperti kita tahu, kredit mikro menjanjikan yield jauh lebih tinggi dibandingkan kredit manapun. 

Kita dapat mengacu ke kinerja BRI atau BTPN Syariah yang sudah lebih dulu bermain di segmen mikro dan nano mikro. Kedua bank konsisten menorehkan NIM di atas 9%. Bandingkan dengan NIM BTN yang hanya berkutat di angka 3% - 4% selama beberapa tahun terakhir. 

Manuver BTN ke pasar kredit mikro menarik untuk ditunggu. Apalagi orang nomor satu BTN, Haru Koesmahargyo, adalah bankir kawakan yang sudah lama malang melintang di BRI. Dia tak hanya pernah merasakan manisnya bisnis kredit mikro, juga paham bagaimana menggarap segmen ini.  

Selain berdampak positif terhadap kinerja, komitmen BTN di ceruk pasar ini juga akan memperluas penyaluran kredit ke pelaku UMKM. Sesuatu yang dibutuhkan untuk menggerakkan sektor riil.

Piter Abdullah Redjalam
Dosen Perbanas, Ketua Yayasan Pendidikan Indonesia Tanah Pusaka

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.