Kenaikan Harga Emas, Pertanda Resesi Global Berikutnya?

Katadata/ Joshua Siringo-ringo
Penulis: Suryaputra Wijaksana
Editor: Sorta Tobing
4/2/2023, 11.00 WIB

Kita harus mewaspadai dampak resesi global yang mungkin mempunyai dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia. Resesi akan menekan harga dan permintaan komoditas andalan RI, terutama batubara dan minyak kelapa sawit. Ini dapat memperburuk kinerja ekspornya yang sudah menunjukan perlambatan sejak beberapa bulan lalu dan menyebabkan peningkatan angka pengangguran.

Selain itu, resesi global akan juga menekan jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia, kembali menekan industri parawisata yang baru agak bangkit dari pukulan pandemi Covid-19. 

Selain itu, perlu juga diwaspadai pada permulaan resesi global terjadi kemacetan sistem finansial global secara sementara, seperti yang terjadi di bulan-bulan pertama pandemi Covid-19. Ini disebabkan oleh perkembangan dinamika perekonomian global yang kian cepat yang belum sempat di respon oleh kebijakan moneter The Fed yang masih ketat.

Pada masa masa kemacetan temporer ini volatilitas pasar keuangan global kemungkinan besar akan sangat tinggi dan meningkatkan tekanan pada rupiah, bursa efek, dan surat berharga pemerintah. 

Namun, setelah Fed kembali melonggarkan kebijakan moneter dan kembali ke era quantitative easing, volitilitas pasar keuangan akan menurun. Ini akan memicu kembali aliran dana asing ke pasar modal RI. Pada khususnya surat berharga RI menjadi kian menarik karena keterbatasan penerbitan surat berharga pemerintah dan inflasi domestilk yang rendah mempertahkan real rate differentials.

Aktivitas ekspor-impor. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.)

Likuditas global yang meningkat juga dapat melancarkan rencana investasi asing yang mengalir ke sektor-sektor tertentu, seperti pertambangan dan manufaktur. Ini dapat membantu mendukung stabilitas rupiah dikala devisa ekspor menyusut akibat resesi. 

Untungnya fundamental perekonomian domestik RI diperkirakan masih cukup baik didorong oleh konsumsi dalam negeri yang kuat dan investasi dalam negeri. Daya beli  masih cukup kuat, ditandai oleh inflasi yang lebih tinggi di bulan Desember lalu. Lalu, data pendapatan dan hutang dari perusahaan swasta yang terdaftar di bursa efek menunjukan kemampuan sektor swasta untuk bertumbuh masih signifikan. Perekonomian RI diperkirakan masih dapat bertumbuh disekitar 4% pada 2023, bahkan bila resesi global memburuk.

Perekonomian juga didukung oleh kerja sama kebijakan fiskal dan moneter yang pas. Kebijakan fiskal pemerintah mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran bantuan sosial (bansos) bansos dan subsidi , walaupun lebih kecil dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, Bank Indonesia mengadopsi stance moneter yang konservatif menghadapi ketidakpastian global yang kian tinggi. Bank sentral juga mengeluarkan kebijakan inovatif, antara lain menerbitkan time deposit khusus untuk eksportir yang  dapat meningkatkan suplai valas domestic, memberi dukungan pada nilai tukar rupiah. 

Halaman:
Suryaputra Wijaksana
Ekonom di Bank Swasta Nasional

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.